BMKG Ungkap Suhu Laut Indonesia Makin Panas, Ini Dampaknya

5 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lautan menyerap lebih dari 90 persen panas akibat pemanasan global. Di Indonesia, kenaikan suhu laut bahkan tercatat lebih tinggi dari rata-rata dunia.

Hal ini disampaikan Dian Nur Ratri dari Direktorat Perubahan Iklim, Deputi Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam diskusi daring Menjaga Laut dan Aksi Iklim yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup, Rabu (9/7/2025).

“Laut juga terdampak oleh perubahan iklim, bahkan lebih dari 90 persen panas akibat pemanasan global diserap lautan,” kata Dian.

Menurut Dian, selama lebih dari empat dekade terakhir, hampir seluruh wilayah laut dunia menunjukkan tren kenaikan suhu permukaan laut (SST) secara konsisten antara 0,15 hingga 0,25 derajat Celsius per dekade. Di beberapa wilayah, termasuk Indonesia, angka tersebut bahkan lebih tinggi.

“Perairan Indonesia ini juga memiliki tren kenaikan yang ternyata kenaikan suhunya cukup jelas. Jadi rata-rata kenaikan suhu laut kita itu sedikit lebih tinggi dibandingkan global, yaitu sekitar 0,15 hingga 0,30 derajat Celsius per dekade,” ujarnya.

Wilayah laut yang paling terdampak di Indonesia antara lain Laut Banda, Laut Arafura, dan Laut Maluku. Dian menekankan, pemanasan laut bukan hanya soal angka, tetapi berdampak langsung pada masyarakat pesisir.

“Ketika laut semakin hangat, air laut akan mengembang secara alami dan ini juga menyebabkan kenaikan tinggi muka laut yang nantinya berdampak langsung pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia,” katanya.

BMKG mencatat permukaan laut dunia telah naik sekitar 25 cm sejak 1880. Penyebab utamanya adalah mencairnya es di kutub serta pemuaian air laut akibat suhu yang terus meningkat. Saat ini, tren kenaikan permukaan laut global mencapai sekitar 4,7 mm per tahun, sementara di Indonesia hampir setara, yakni 4,2 mm per tahun.

“Data satelit menunjukkan tren kenaikan yang konsisten selama 30 tahun terakhir,” ujar Dian.

Dampaknya pun sudah terasa. Pesisir Indonesia semakin rentan terhadap banjir rob dan abrasi pantai. “Ini adalah merupakan salah satu ancaman yang nyata dari perubahan iklim yang sebetulnya perlu kita antisipasi secara bersama-sama,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dian juga menekankan pentingnya literasi iklim bagi masyarakat. Ia mengajak masyarakat untuk lebih memahami isu iklim secara ilmiah dan bertanggung jawab.

“Memahami iklim ini bukan hanya tugas dari peneliti, bukan tugas para prakiraan cuaca, bukan hanya tugas dari orang-orang yang bekerja di BMKG, tapi ini adalah sebetulnya jadi kebutuhan kita untuk bisa beradaptasi dan mengambil keputusan yang tepat di tengah kondisi iklim yang terus berubah ini,” ujarnya.

Ia berharap masyarakat memiliki prinsip dalam memilah informasi terkait iklim, terutama di tengah maraknya disinformasi dan hoaks.

“Prinsip-prinsip penting terhadap iklim, jadi tahu bagaimana memilah-memilah informasi iklim berdasarkan kredibilitas secara ilmiah,” kata Dian.

Ia mendorong publik untuk mampu mengomunikasikan isu iklim secara tepat dan bertanggung jawab. “Selain itu juga mampu mengkomunikasikan perihal iklim dan perubahan iklim dengan cara yang berarti, dengan cara yang benar.

Selain itu, diharapkan bahwa Sobat Iklim ini bisa membuat keputusan berbasis informasi, namun informasi yang bertanggung jawab sehubungan dengan tindakan yang dapat mempengaruhi iklim,” tambahnya.

Dengan pemahaman dan kesadaran iklim yang tinggi, Dian berharap masyarakat dapat berperan aktif dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim demi masa depan yang lebih berkelanjutan.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |