Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) menegaskan bahwa tujuan ekspor tembaga terbesar Indonesia selama ini ditujukan untuk pasar China, bukan ke Amerika Serikat. Hal tersebut merespons kebijakan Trump yang memberlakukan tarif sebesar 50% atas impor tembaga.
Semula, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan bahwa rencana kenaikan produksi tidak serta merta dapat dilakukan begitu saja guna memenuhi pasar AS. Pasalnya, dari sisi tambang, semua sudah diperhitungkan secara matang.
"Ini kan bahan baku kita dari dalam tanah jadi harus sesuai dengan rencana dan tambang bawah tanah kami harus ditambang secara sequences. Gak bisa kemudian dikebut atau loncat harus secara sequences," kata Tony di Gedung DPR RI, Rabu (16/7/2025).
Selain itu, Tony menjelaskan bahwa tujuan ekspor tembaga terbesar Indonesia selama ini ditujukan untuk pasar China, bukan ke Amerika Serikat. Sehingga harus dilihat kembali dampak tarif sebesar 50% atas impor tembaga yang diberlakukan Trump.
"Mungkin itu bisa dipikirkan apakah industri turunannya dari China, atau industri turunan yang dibeli dari kami dikenakan tarif AS ya tentu saja demand akan berkurang," katanya.
Sebagaimana diketahui, harga tembaga melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa pada hari Selasa setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan Washington akan mengenakan pajak impor logam sebesar 50%.
Menurut Dow Jones Market Data, kontrak berjangka melonjak 13% dalam akhir sesi perdagangan kemarin dan mencapai puncak lonjakan harga terbesar dalam sehari sejak tahun 1968.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan kepada CNBC hari Selasa waktu setempat, bahwa tarif baru akan berlaku pada tanggal 1 Agustus atau lebih cepat.
Pajak impor akan diberlakukan setelah bea masuk serupa untuk aluminium dan baja, yang mengancam akan menambah biaya baru pada input utama bagi ekonomi AS.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cegah Kebakaran Smelter Terulang, Ini yang Harus Dilakukan Freeport