China: BRICS tidak untuk Konfrontasi

6 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China menegaskan kesepakatan yang dicapai negara-negara anggota BRICS tidak ditargetkan untuk menyerang satu negara tertentu.

"BRICS bukanlah blok untuk konfrontasi. BRICS juga tidak menargetkan negara mana pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Senin.

Pernyataan Mao Ning tersebut merespon ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui "platform media sosial miliknya, Truth Social, pada Minggu (6/7). yang mengatakan akan mengenakan tarif tambahan 10 persen kepada negara mana pun yang mendukung "kebijakan anti-Amerika" dari blok ekonomi BRICS.

"Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini," tambah Trump.

"BRICS merupakan 'platform' penting untuk kerja sama antara pasar berkembang dan negara berkembang. BRICS menganjurkan keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan," ungkap Mao Ning.

Mengenai kenaikan tarif dagang dari AS, Mao Ning mengungkapkan perang dagang dan perang tarif tidak memiliki pemenang, dan proteksionisme tidak akan menghasilkan apa-apa.

"Kami menentang perang dagang dan perang tarif. Tarif tidak boleh digunakan sebagai alat pemaksaan dan tekanan, kenaikan tarif yang sewenang-wenang tidak menguntungkan siapa pun," tambah Mao Ning.

Ancaman Trump tersebut muncul saat para pemimpin negara-negara BRICS berkumpul di Rio de Janeiro, Brazil, untuk menghadiri pertemuan puncak tahunan.

Dalam KTT BRICS tersebut, para pemimpin negara anggota BRICS menyepakati deklarasi bersama yang menegaskan komitmen kelompok tersebut untuk memperkuat multilateralisme, mempertahankan hukum internasional, dan berjuang untuk tatanan global yang lebih adil.

BRICS juga menyatakan sangat penting bagi negara-negara berkembang untuk memperkuat upaya bersama dalam mempromosikan dialog dan konsultasi dalam upaya mewujudkan tata kelola global yang lebih adil dan setara, serta hubungan yang saling menguntungkan di antara negara-negara.

Di bidang keuangan, 11 negara tersebut menekankan perlunya meningkatkan kuota IMF dan kepemilikan saham Bank Dunia di negara-negara berkembang dan negara berkembang.

Dalam hal kesehatan, negara-negara tersebut mengakui sifat saling terkait dari tantangan kesehatan global dan implikasi lintas batasnya.

Terkait tata kelola kecerdasan buatan (AI) BRICS, menawarkan perspektif Global Selatan sehingga AI harus mengurangi potensi risiko dan memenuhi kebutuhan semua negara, termasuk negara-negara di Global Selatan. Di bidang perubahan iklim, negara-negara anggota BRICS mengakui Tropical Forest Forever Fund (TFFF) sebagai mekanisme inovatif untuk memobilisasi pembiayaan jangka panjang untuk konservasi hutan tropis, mendorong sumbangan ambisius dari mitra potensial.

Lahir juga komitmen untuk mengatasi konflik di berbagai dunia, BRICS menganjurkan pendekatan multilateral yang menghormati beragam perspektif dan posisi nasional mengenai isu-isu global yang krusial, termasuk pembangunan berkelanjutan, pemberantasan kelaparan dan kemiskinan, serta aksi iklim global.

Sebelumnya pada Januari 2025, Trump pernah mengatakan bahwa "tidak ada kemungkinan (negara-negara) BRICS menggantikan dolar AS dalam perdagangan internasional, atau di mana pun."

Trump meminta komitmen dari negara-negara BRICS untuk tidak menciptakan mata uang baru atau mendukung mata uang lain sebagai pengganti dolar AS.

"Jika mereka tetap melakukannya, mereka akan dikenai tarif 100 persen," kata Trump.

KTT Ke-17 BRICS di Rio de Janeiro dihadiri oleh para pendiri BRICS, yaitu Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri China Li, kemudian perwakilan dari anggota penuh lainnya, yaitu Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, Perdana Menteri Mesir Mustafa Madbouly, Presiden Uni Emirat Arab Khalid bin Mohamed bin Zayed al Nahyan, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, dan Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Aragchi.

BRICS, yang resmi terbentuk sejak 2009, saat ini mencakup 40 persen dari total populasi dunia, dan sepertiga dari perekonomian dunia. Indonesia resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS pada 6 Januari 2025.

sumber : Antara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |