Cuma Modal Cangkul, Guru SD Dapat Harta Karun Miliaran di Sekolah

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka, seorang guru SDN Pejagan IV di Madura bernama Nuryasin menemukan harta karun berupa koin-koin kuno peninggalan VOC saat menimbun area becek di halaman sekolah dengan cangkul.

Kejadian bermula ketika Nuryasin melihat lapangna sekolah yang becek akibat hujan. Khawatir lantai sekolah yang bersih akan ikut kotor karena lalu lalang murid, ia berinisiatif untuk mengatasi hal tersebut.

Kemudian Nuryasin mengambil cangkul dan mulai menggali tanah untuk menutup area yang becek dengan tanah kering. "Saya menggali tanah di halaman, untuk menimbun bagian lainnya yang becek bekas hujan," ungkap Nuryasin.

Penggalian tanah sangat berjalan lancar. Nuryasin berhasil menutup satu per satu titik becek. Tinggal beberapa titik lagi yang belum dia selesaikan.

Saat hendak menggali tanah kering lebih dalam lagi sekitar 25-30 cm, Nuryasin tiba-tiba terperanjat. Betapa kagetnya dia melihat gerabah kuno di lubang galian.

Gerabah tersebut lantas dikeluarkan dan tak disangka berisi harta karun tak terduga. Yakni mata uang koin kuno peninggalan masa VOC.

"Uang yang ditemukan bertuliskan VOC dan lambang Kerajaan Belanda, dengan tahun pemakaian antara tahun 1746 s/d 1760, berdiameter 2,1 cm. Lalu, jenis kedua berdiameter 2,9cm yang pada pemukannya bertuliskan Indiae Batav 1819 s/d 1828," tulis pewarta Suara Karya (1 Februari 1991).

Kabar Nuryasin menemukan harta karun langsung membuat gempar Indonesia. Otoritas terkait langsung bergegas datang.

Singkat cerita, temuan Nuryasin dibenarkan sebagai peninggalan sejarah berupa koin perak peninggalan VOC dan penjajahan Belanda. Seluruhnya memiliki berat 13 Kg setara miliaran rupiah.

Setelah penemuan, banyak orang menganggap Nuryasin bakal jadi miliarder. Sebab dia menemukan harta karun bersejarah dan bernilai tinggi. Namun, Nuryasin menolak menjadikan temuan arkeologi untuk mendulang kekayaan sekalipun banyak orang mendorongnya menjual seluruh temuan, dibanding menyerahkan kepada pemerintah.

"Tapi, itu tak mungkin saya lakukan. Uang temuan ini akan kami serahkan pada museum, atas dasar petunjuk Depdikbud," kata Nuryasin.

Pada akhirnya, Nuryasin batal jadi miliarder. Namun, nama dia tercatat dalam sejarah sebagai penemu harta karun bersejarah.

Pada akhirnya, temuan harta karun yang berada di lapangan SD itu menguak tabir sejarah baru bagaimana masyarakat bertransaksi di era VOC ratusan tahun lalu.

Transaksi Pakai Koin Emas-Perak

Sebagai wawasan, dari masa Kerajaan Hindu-Budha eksis, masyarakat sudah bertransaksi menggunakan mata uang, bukan barter atau tukar menukar barang.

Erwin Kusuma dalam Uang Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya (2021) mencatat, masyarakat Jawa kuno lazim menggunakan mata uang berupa koin emas dalam transaksi perdagangan di pasar. Hanya saja, transaksi melalui koin emas digunakan dalam skala besar, seperti jual-beli tanah, bukan transaksi di pasar.

Lalu ketika VOC datang, transaksi menggunakan koin juga dilakukan. Hanya saja, VOC melakukan penyeragaman mata uang.

Museum Bank Indonesia menyebut, Kongsi dagang itu berupaya menggantikan semua mata uang asing yang beredar di Nusantara. Dari sini, VOC mengedarkan banyak ragam mata uang untuk transaksi perdagangan.

Ada rijksdaalder, dukat, stuiver, gulden, dan doit. Seluruhnya berbentuk koin bundar dan pipih berbahan dasar emas, perak, tembaga, hingga nikel. Dari seluruh koin, doit barangkali jadi salah satu yang membekas dalam benak masyarakat Indonesia.

Sebab, penamaan koin doit era VOC perlahan menjadi kata ganti sebutan uang bagi masyarakat Indonesia, yakni 'duit'. Keberadaan koin makin masif usai VOC memproduksinya di dalam negeri.

Dari sini, seluruh masyarakat menggunakan koin tersebut untuk bertransaksi. Namun, eksistensi era VOC berakhir ketika kongsi dagang itu runtuh pada 1799.

Setelahnya, beredar mata uang baru yang dipopulerkan pemerintah Hindia Belanda. Sementara, mata uang era VOC kemudian tinggal sejarah. Sebagian ada yang menjadi harta karun terpendam bersejarah dan bernilai tinggi. Ini seperti yang ditemukan Nuryasin 33 tahun lalu.

Catatan:

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight, rubrik yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu. Lewat kisah seperti ini, CNBC Insight juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan dari masa lampau yang masih bisa dijadikan pelajaran di hari ini.


(pgr/pgr) Next Article Niat Cari Air di Makkah, Tidak Disangka Dapat Harta Karun Kiloan Emas

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |