Curhat Petani Jagung, Sulit Hadapi Gulma Hingga Produktivitas Turun

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Petani Jagung asal Nusa Tenggara Barat (NTB) Hamzan Wadi mengungkapkan pentingnya teknologi dalam budidaya jagung, hingga jatuh bangunnya karena masalah benih dan gulma. Menurutnya, sebelum banyak bioteknologi berkembang, petani jagung kesulitan dalam penanggulangan gula.

"Gulma adalah salah satu faktor penghambat utama dalam pertumbuhan jagung. Karena ketika di dalam tanaman jagung itu ada gulma, maka gulma ini akan menjadi pesaing utama bagi tanaman jagung untuk menyerang makanan. Yaitu makanan baik yang kita berikan melalui pupuk di atas tanah maupun nutrisi yang kita aplikasikan melalui semprot," jelasnya dalam Special Program World Food Day, Kamis (16/10/2025).

Menurutnya gulma berpotensi mengganggu dan menurunkan hasil produksi jagung. Setelah bioteknologi berkembang dan diterapkan pada pertanian, penanggulangan gulma bisa lebih mudah, dengan intensitas yang lebih rendah.

"Sebelumnya bisa 4-6 kali aplikasikan herbicida (pembasmi hama dan gulma). Sebelum tanam, kita itu biasanya 3 kali aplikasi. Kemudian setelah tanam itu, kita aplikasi lagi nanti herbicidanya di usia sekitar 10 hari dan di usia sekitar 40 hari, kita aplikasi lagi herbicida untuk menanggulangi gulmanya. Tapi dengan adanya benih bioteknologi ini, saya dan teman-teman petani disini cukup 2 kali saja," kata dia.

Jika gulma bersih dari lahan jagung, maka 'makanan' yang diberikan pun bisa terserap dengan baik oleh tanaman sehigga bisa tumbuh maksimal.

"Dengan meningkatnya hasil panen tentunya, itu akan membuat petani mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dan juga tujuan dari suasana pada pangan dan ketahanan pangan ini tercapai seperti itu," ujar Hamzan.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Harga Jagung Naik, Bos Badan Pangan Minta Stok Bulog Bisa Dikeluarkan

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |