Dari Makanan Halal hingga Blind Box, KNEKS Kenalkan Ekonomi Syariah ke Siswa SD

6 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) memperkuat literasi ekonomi syariah dengan menggelar kegiatan "BEST Goes to School: Belajar Ekonomi Syariah Terintegrasi" di SD Luqman Al-Hakim, Surabaya, Selasa (4/11/2025). Dalam kegiatan ini, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS, Sutan Emir Hidayat, mengajak para siswa berinteraksi seputar contoh ekonomi syariah dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan tersebut, KNEKS juga menayangkan video-video edukatif, salah satunya terkait makanan halal. Selain itu, KNEKS menayangkan video mengenai istilah “maghrib” (maysir, gharar, dan riba).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Melalui contoh sederhana, KNEKS mencontohkan bahwa salah satu bentuk gharar atau ketidakpastian adalah membeli mainan dalam bentuk blind box, tren yang sempat menggandrungi anak-anak. Blind box termasuk gharar karena pembeli tidak tahu secara pasti seperti apa barang yang dibelinya. 

Para siswa juga tampak antusias dan cukup memahami pertanyaan-pertanyaan seputar pengertian riba. Salah seorang siswa dengan meyakinkan menjelaskan bahwa contoh riba adalah ketika ia meminjam uang dan harus mengembalikannya dalam jumlah yang lebih besar.

Tak hanya itu, siswa diperkenalkan dengan sektor modest fashion dan pariwisata ramah Muslim, yang menjadi bagian dari ekosistem ekonomi syariah global.

Pengenalan ekonomi syariah sejak dini sangat penting karena akan membentuk karakter generasi muda yang memahami nilai keadilan, keberkahan, dan keberlanjutan dalam bertransaksi.

Direktur Eksekutif KNEKS Sholahudin Al Aiyub dalam sesi terpisah menyebutkan bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah masih menjadi tantangan besar di Indonesia.

“Tingkat literasi keuangan syariah kita ini sekitar 43 persen, tapi inklusinya masih di level 13 persen. Ini masih merupakan pekerjaan rumah besar bagi kita untuk mendorong adanya inklusivitas ekonomi dan keuangan syariah agar bisa diakses oleh masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, rendahnya inklusi keuangan syariah disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan akses produk, kurangnya pemahaman publik, dan belum kompetitifnya produk-produk keuangan syariah dibandingkan konvensional.

“Kami terus melakukan evaluasi dan inovasi agar produk keuangan syariah mudah diakses masyarakat dan secara ekonomi kompetitif serta memberi manfaat nyata,”  katanya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |