REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS— Dewan Keamanan PBB pada Kamis (7/11/2025) menyetujui keputusan mencabut sanksi terhadap Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa dan Menteri Dalam Negeri Anas Khatib, yang disambut baik oleh Damaskus dengan menyampaikan apresiasinya kepada Amerika Serikat dan negara-negara sahabat.
Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang diajukan Amerika Serikat ini dengan persetujuan 14 dari 15 negara anggota, sementara China abstain.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Suriah Asad al-Shibani mengatakan dalam sebuah postingan di situs X, "Suriah mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat dan negara-negara sahabat atas dukungan mereka kepada Suriah dan rakyatnya," dikutip dari Aljazeera, Jumat (7/11/2025).
Al-Shibani menambahkan bahwa diplomasi Suriah menegaskan kembali kehadirannya yang aktif dan kemampuannya untuk mencapai kemajuan dengan langkah-langkah yang mantap dalam menghilangkan hambatan dan membuka jalan menuju masa depan Suriah yang lebih terbuka dan stabil.
Juru bicara Gedung Putih Carolyn Levitt mengatakan pada Selasa (4/11/2025) lalu bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana bertemu dengan mitranya dari Suriah, Ahmad al-Sharaa, di Gedung Putih pada Senin mendatang.
Dia menambahkan dalam konferensi pers, "Ketika presiden berada di Timur Tengah, dia mengambil keputusan bersejarah untuk mencabut sanksi terhadap Suriah guna memberikan kesempatan nyata bagi perdamaian, dan saya yakin (Washington) melihat kemajuan yang baik dalam hal ini di bawah kepemimpinan baru Suriah."
Utusan khusus AS untuk Suriah, Tom Brack, mengatakan pada Sabtu bahwa al-Shara akan bertolak ke Washington, di mana dia kemungkinan besar akan menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan koalisi internasional yang dipimpin AS melawan ISIS.
Al-Sharaa bertemu dengan Trump untuk pertama kalinya pada Mei lalu di ibu kota Saudi Arabia, Riyadh, selama kunjungan bersejarah di mana presiden AS itu berjanji akan mencabut sanksi terhadap Suriah.
Trump menyatakan harapannya agar Suriah bergabung dengan negara-negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel dalam kerangka Perjanjian Abraham.
Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, al-Sharaa akan menjadi presiden Suriah pertama yang secara resmi mengunjungi Gedung Putih, sementara ini akan menjadi kunjungan keduanya ke Amerika Serikat setelah berpartisipasi dalam Sidang Umum PBB pada bulan September lalu.
Menteri Luar Negeri Suriah Asad al-Shaybani mengatakan pada Ahad lalu bahwa al-Sharaa akan membahas pencabutan sisa sanksi terhadap negaranya, rekonstruksi, dan perang melawan terorisme selama kunjungannya yang akan datang ke Washington, dengan menganggap kunjungan tersebut sebagai "bersejarah".

4 hours ago
2






































