Pertemuan Perubahan Iklim PBB (C0P30) gagal menetapkan peta jalan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil yang merupakan kontributor utama pemanasan global. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak banyak berita baik terkait perubahan iklim tahun ini. Emisi gas rumah kaca global kembali tembus rekor. Cuaca ekstrem yang dipicu pemanasan global seperti kebakaran di Amerika Serikat (AS) dan banjir bandang di Sumatera menimbulkan kerugian masif dan menewaskan ribuan orang.
Pertemuan Perubahan Iklim PBB (C0P30) juga gagal menetapkan peta jalan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil yang merupakan kontributor utama pemanasan global. AS, sebagai perekonomian terbesar di dunia juga keluar dari Perjanjian Paris.
Pemerintah Presiden Donald Trump memangkas anggaran penelitian dan proyek-proyek teknologi iklim. Meski tidak banyak terdapat beberapa kemajuan terkait upaya penanggulangan perubahan iklim yang perlu dicatat.
Lembaga non-profit yang berbasis di Inggris, Energy and Climate Intelligence Unit (ECIU) mencatat dekarbonisasi global saat ini lebih cepat dibandingkan estimasi sepuluh tahun yang lalu. Investasi pada transisi energi bersih global seperti proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dan surya juga diperkirakan akan tembus rekor tahun ini.
"Apakah ini cukup untuk membuat kita aman? Jelas tidak, (tapi) apakah ini kemajuan luar biasa dibandingkan dengan arah yang kita tuju? Jelas, iya," kata kepala bidang internasional ECIU Gareth Redmond-King seperti dikutip dari Los Angeles Times, Kamis (25/12/2025).
Tahun ini teknologi energi terbarukan meraih pencapaian baru. Harga baterai semakin murah, teknologi kecerdasan artifisial (AI) untuk membantu menanggulangi perubahan iklim berkembang pesat, dan prakiraan cuaca juga kian akurat.
Meski dampak perubahan iklim semakin terasa tapi langkah-langkah untuk melindungi masyarakat juga semakin beragam. ECIU mencatat investasi global untuk teknologi energi bersih sudah mengungguli industri berpolusi.
Setiap 1 dolar AS pendanaan untuk proyek bahan bakar fosil, dua dolar untuk pembangkit listrik energi terbarukan. Bagi negara-negara penghasil emisi terbesar seperti Cina, Uni Eropa, AS dan India sekitar 2,60 dolar AS.
BloombergNEF mencatat pendanaan untuk pembangkit listrik energi terbarukan tembus rekor pada paruh pertama tahun ini. Naik 10 persen dibandingkan 2024 di periode yang sama.
Lembaga think-tank Ember mencatat pembangkit listrik tenaga angin dan surya dapat memenuhi permintaan global pada kuartal ketiga tahun 2025. Hal ini menunjukkan kapasitas energi terbarukan kembali memecahkan rekor tahun ini. Ember memprediksi kenaikan 11 persen dibandingkan tahun 2024.

2 hours ago
1













































