Dolar Terbang, Mata Uang Asia Ramai-ramai Rontok Dihantam Petaka Trump

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih tunduk terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Di sepanjang pekan ini tercatat rupiah melemah terhadap dolar AS. Meskipun dalam perdagangan akhir pekan, rupiah berhasil ditutup menguat.

Pada perdagangan Jumat (10/10/2025), rupiah terhadap dolar AS terapresiasi 0,03% di level Rp16.545/US$1. Namun sayangnya dalam sepekan, rupiah masih melemah terhadap dolar AS hingga 0,09%.

Melemahnya rupiah terhadap dolar AS bukanlah menjadi satu-satunya mata uang Asia terlemah. Dominan mata uang Asia lainnya juga ikut melemah terhadap dolar AS yakni Yuan China (USDCNY), Won Korea Selatan (USDKRW), dan Ringgit Malaysia (USDMYR), Yen Jepang (USDJPY), Rupee India (USDINR), Bath Thailand (USDTHB), hingga Dolar Singapura (USDSGD).

Hanya Dong Vietnam (USDVND) saja yang mampu menguat dalam sepekan terhadap dolar AS.

Dolar AS (DXY) menguat dalam sepekan hingga 1,28%, meskipun pada akhir perdagangan Jumat (10/10/2025), dolar AS turun 0,56% di level 98,98.

Kini dolar berpeluang kembali menguat usai Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat (10/10/2025) waktu setempat, mengatakan Amerika Serikat akan mengenakan tarif baru sebesar 100% atas impor dari China di atas tarif apa pun yang saat ini mereka bayarkan, dan mulai berlaku 1 November.

Trump juga mengatakan bahwa AS, pada tanggal yang sama, juga akan mengenakan kontrol ekspor pada semua perangkat lunak penting.

Pengumuman presiden tersebut muncul beberapa jam setelah ia mengancam akan mengenakan kenaikan besar-besaran tarif atas impor China sebagai balasan atas kontrol baru yang diberlakukan China terhadap ekspor mineral tanah jarang dari negara tersebut.

Sekitar 70% pasokan mineral tanah jarang global berasal dari China. Mineral tersebut penting bagi industri teknologi tinggi, termasuk otomotif, pertahanan, dan semikonduktor.

Trump sebelumnya pada hari Jumat menyatakan bahwa ia akan membatalkan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik yang akan datang di Korea Selatan karena kontrol baru China.

Hampir setiap produk yang diimpor ke AS dari China sudah menghadapi tarif yang tinggi. Meskipun terdapat berbagai tingkat bea masuk khusus untuk impor, mulai dari 50% untuk baja dan aluminium hingga 7,5% untuk barang konsumsi, tarif efektif untuk impor China saat ini adalah 40%, menurut Wells Fargo Economics dan analis di The Federal Reserve Bank of New York.

"Baru diketahui bahwa China telah mengambil posisi yang sangat agresif dalam perdagangan dengan mengirimkan surat yang sangat bermusuhan kepada dunia, yang menyatakan bahwa mereka akan, efektif 1 November 2025, memberlakukan Kontrol Ekspor skala besar pada hampir setiap produk yang mereka buat, dan beberapa bahkan bukan buatan mereka," tulis Trump dalam sebuah postingan di Truth Social pada hari Jumat.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |