Dompet Dhuafa Masuki Fase Communal Industry

6 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dompet Dhuafa memasuki fase communal industry atau industri komunitas dalam pengelolaan zakat. Ini sebagai bentuk pemberdayaan dalam pengelolaan zakat.

"Kami ingin memasuki fase yang kami sebut communal industry atau indusrti komunitas," ujar Ketua Dewan Pengurus Dompet Dhuafa (DD), Ahmad Juwaini saat membuka Diskusi Interaktif: Dompet Dhuafa Goes Communal Industry yang dilaksanakan di Sasana Budaya Rumah Kita Dompet Dhuafa Philanthropy Building, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Menurut Juwaini, ini merupakan semacam ijtihad Dewan Syariah DD. Namun, ijitihad ini tidak serta merta muncul melainkan setelah melalui proses pengembangan kegiatan DD itu sendiri.

"DD sekarang menggunakan filantropreneur sebagai mainstream pemberdayaan. Kami meyakini kegiatan pengelaan zakat harus ini harus dengan semangat ini," ujar Juwaini.

Tujuannya, agar penerima zakat berdaya dan mandiri. Sehingga, DD mendorong penerima zakat agar mandiri

dalam pengelolaan.

"Kami berorientasi keswadayaan Harus efisien dan efektif. Maksudnya kepada muzakki, muwakif. Jadi kami meyakini bahwa sudah saatnya kita kembangkan semangat filantropi ini dlm pengembangan dana sosial," ujar Juwaini.

Menurut Juwaini, filantropreneur difungsikan ke penerima manfaat, ke mitra kerja sama, dan kepada kami sendiri selaku amil zakatnya. Jadi kalau membantu kebutuhan pokoknga agar mereka berdaya," kata Juwaini.

Juwaini menjelaskan mengapa langkah ini harus dilakukan. Karena, sangat banyak kegiatan pemerintah yang membiayai kebutuhan pokok.

Misal, program Bansos. Di mana pemerintah memberikan bansos untuk 75 juta rumah tangga untuk tahun 2025 dengan budget Rp 4,5 trikiun. Kemudian, KIP mahasiswa yang penerimanya hampir 1 juta orang. Selain itu, makan bergizi gratis

yang pada tahun ini dianggarkan Rp 171 triliun dan menyasar 17.9 juta anak sekolah.

"Data-data ini sebenarnya urusan kebutuhan pokok yang hampir selesai oleh pemerintah. Kalau berbagi peran, ke mana kita?" tanya Juwaini.

"Menurut saya, sudah saatnya kita berperan, bukan sekadar memberi saja. Kita perlu spiritnya filantropeneur. Tetap pada fungsi zakatnya tapi yang tadinya

untuk kebutuhan pokok

kita bergeser ke orientasi pemberdayaan," ujar Juwaini.

Kembali ke konsep industry communal, Juwaini menjelaskan secara definisi yakni

industri yang dimiliki bersama oleh komunitas yang di dalamnya terjadi kerja sama untuk meningkan pendapatan serta kesejahteraan komunitas. DD sendiri sudah mengembangkan konsep ini di daerah Cirangkong, Kabupaten Subang.

Untuk masyarakat, DD menyediakan lahan untuk ditanami nanas. Kemudian, memberikan bantuan kesehatan pada masyarakat, bantuan pendidikan.

Selain itu, DD mempekerjakan masyarakat di sana untuk mengolah lahan perkebunan nanas. DD juga menjadikan pabrik di sana yang sahamnya bisa dimiliki oleh masyarakat.

"Harapannya dari sini, kita buat pabrik (pengolahan) nanas. Lalu nanasnya diolah menjadi selai dan konsentrat. Jadi ini bukan bicara lokal saja tapi juga untuk diekspor," ujar Juwaini.

Untuk mengembangkan ini semua, lanjut Juwaini, adalah tantangan bersama.

DD selaku lembaga zakat perlu bekerja sama dan sinerhi dengan forum zakat, Baznas, hingga Kemenag.

Sementara, Ketua Baznas Prof KH Noor Achmad yang memberikan sambutan secara online menyambut baik ide DD tersebut. "Ide luar biasa pemberdayaan umat ke depan. Ide besar itu nanti bisa dirumuskan bisa dijadikan bahan unfuk pengembangan umat di Indonesia," ujar Kiai Noor Achmad.

Kiai Noor jhga mengapresiasi DD yang lebih spesifik dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat. ..Apa yang dilakukan DD punya pengaruh bagi lembaga zakat di Indonesia.

Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag Waryono Abdul Ghafur mengatakan, dalam menyejahterakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan, yang dibutuhkan saat ini adalah inovasi dan berbagi tugas.

"Jadi negara belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena itu perlu berbagi tuhas sehingga tidak over lapping," ujar Waryono.

Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi mengatakan, soal kolaborasi pihaknya sudah siap. Apalagi, DD sudah memasuki era communal industry.

"Mindset kita harus bertransformasi ke arah pemberdayaan," ujar Parni.

Diskusi Interaktif: Dompet Dhuafa Goes Communal Industry yang dilaksanakan di Sasana Budaya Rumah Kita Dompet Dhuafa Philanthropy Building, menghadirkan sejumlah narasumber. Di antaranya yaitu:Rahmatullah Siddik, Direktur Operasional Al Azhar Peduli

, Haidar Baghir, Filantropis, Dosen. Kemudian, Ustadz Erick Yusuf, Wakil Ketua LSBPI (Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam) MUI Pusat, Wildan Dewayana, Ketua FOZ, dan IDEAS.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |