Simposium Nasional Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi perekonomian global sudah bergeser dari era kapitalisme dan sosialisme ke era ekonomi penuh ambisi alias the age of ambition. Persaingan di antara negara-negara besar dalam perang dagang ini membuat sejumlah pemikiran begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo masih relevan dalam kondisi saat ini.
Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI, Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti mengungkapkan, ekonomi penuh ambisi ini bisa menimbulkan resesi atau depresi ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Sebagai solusinya, berbagai pemikiran begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo masih relevan membantu Indonesia bertahan di tengah ketidakpastian. Tiga Begawan Ekonomi Indonesia Dorodjatun menyebut Sumitro merupakan salah satu dari tiga orang yang layak disebut sebagai begawan ekonomi Indonesia dan bisa diteladani pemikiran-pemikirannya hingga kini,” kata Dorodjatun saat menjadi pembicara kunci di acara Simposium Nasional “Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia" yang digelar Katadata dan didukung Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Dorodjatun menambahkan, pemikiran-pemikiran Sumitro memiliki filosofi, visi dan misi, memiliki landasan teori yang kuat, hingga metode analisis, dan kebijakan yang ditempuh. Kata dia, ekonomi kerakyatan yang dimotori oleh Sumitro Djojohadikusumo dan bertujuan untuk mencapai kemakmuran rakyat dinilai masih dengan susah payah lakukan hingga hari ini.
Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D., menyebut gagasan Sumitro akan tetap relevan sampai saat ini dan masa depan. Hal ini tercermin mulai dari program hilirisasi sumber daya hingga kebijakan proteksionisme terukur yang saat ini dilakukan pemerintah Indonesia.
“Perlu ada ketulusan untuk menggali pemikiran-pemikiran Sumitro untuk menemukan solusi nyata bagi kondisi perekonomian saat ini, sebagai modal di masa depan,” kata Teguh dalam sambutannya.
CEO & Co-founder Katadata Metta Dharmasaputra menyebut, simposium ini terinspirasi dari keinginan untuk memahami arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan dasar pemikirannya yang disebut-sebut berasal dari pemikiran ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo.
“Yang saat ini menjadi perbincangan dengan segala kontroversinya lebih kepada program-program mulai dari MBG (Makan Bergizi Gratis), program tiga juta rumah, sekolah rakyat, hingga Koperasi Merah Putih. Tapi, belum ada diskusi mendalam dasar keilmuan dan pendekatan ekonominya,” kata Metta.