Fokus Hadapi China, AS Perlu Alihkan Pasukan dari Negara Asia Ini

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga kajian kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS), Defense Priorities, mengusulkan pemangkasan drastis jumlah pasukan AS di Korea Selatan (USFK) dari 28.500 menjadi sekitar 10.000 personel.

Rekomendasi ini disampaikan dalam laporan terbaru Defense Priorities bertajuk Aligning U.S. Global Military Posture with National Interests, yang dirilis Rabu (9/7/2025) waktu setempat.

Pemangkasan ini dinilai perlu untuk menyelaraskan strategi militer AS di Asia Timur, dengan fokus utama pada upaya membendung kekuatan China dan mengalihkan beban pertahanan kepada sekutu, seperti Jepang dan Filipina.

"Amerika Serikat harus membuat keputusan postur yang memperkuat kemampuannya untuk menyeimbangkan kekuatan rival regional, khususnya China," tulis laporan tersebut, seperti dikutip Yonhap pada Kamis (10/7/2025).

Dalam laporannya, Defense Priorities merekomendasikan penarikan seluruh unit tempur darat yang tidak terkait langsung dengan pengamanan pangkalan, termasuk pasukan Divisi Infanteri ke-2, unit sinyal, intelijen, dan sejumlah besar unit pendukung. Selain itu, dua skuadron udara dan sepertiga personel pemeliharaan juga disarankan untuk dipulangkan ke AS.

"Secara total, ini akan mengurangi kehadiran militer AS di Korea Selatan lebih dari 50%, menyisakan sekitar 10.000 personel beserta dua skuadron tempur dan pasukan pendukung," tulis laporan itu.

Salah satu alasan utama pengurangan ini adalah terbatasnya akses militer AS ke pangkalan Korea Selatan untuk operasi di luar semenanjung. "Pasukan yang tersisa di Korea Selatan mungkin akan dikesampingkan jika terjadi perang regional," tambah laporan tersebut.

Defense Priorities juga menekankan pentingnya memfokuskan postur global militer AS pada empat prioritas utama: mempertahankan tanah air, mencegah hegemoni regional pesaing, mengalihkan beban kepada sekutu dan mitra, serta menjaga keamanan ekonomi AS.

Meski mengakui bahwa China belum memiliki jalur langsung menuju dominasi regional, lembaga ini memperingatkan bahwa kekuatan militer China cukup untuk menantang dominasi AS di kawasan.

Salah satu penulis laporan, Jennifer Kavanagh, mengatakan bahwa laporan ini telah disebarluaskan di Washington dan diharapkan menjadi bahan diskusi dengan para pejabat pemerintahan Donald Trump.

Bantahan dan Dukungan atas Pengurangan

Adapun Pentagon membantah adanya rencana pengurangan pasukan seperti yang sempat diberitakan The Wall Street Journal pada Mei lalu. Dalam laporan itu disebutkan bahwa AS mempertimbangkan menarik 4.500 personel dari Korea Selatan untuk dipindahkan ke wilayah Indo-Pasifik lain seperti Guam.

Juru bicara Pentagon menegaskan bahwa kabar tersebut "tidak benar", dan menyebut komitmen AS terhadap pertahanan Korea Selatan tetap "penuh".

Namun, rekomendasi pengurangan kekuatan militer AS di Semenanjung Korea tetap mengemuka. Elbridge Colby, Wakil Menteri Pertahanan Bidang Kebijakan, menilai bahwa peran USFK sebaiknya diubah agar lebih fokus menghadapi ancaman dari China, bukan hanya sekadar menjadi benteng menghadapi Korea Utara.

"Jika AS terlalu terseret dalam konflik besar dengan Korea Utara, itu akan menjadi pengalih perhatian sempurna dari prioritas utama, yaitu menghadapi ancaman dari China," kata Colby.

Duta Besar Matthew Whitaker, perwakilan tetap AS di NATO, juga menyatakan bahwa kajian ulang postur militer AS secara global akan rampung pada akhir musim panas atau awal musim gugur tahun ini. Keputusan itu diperkirakan akan sangat memengaruhi arah kebijakan pertahanan AS di Asia.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Muncul Fenomena Baru di Korsel, Benda Mati Miliki Panggilan Anak

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |