Industri Otomotif Dunia Panik, Aksi China Mengundang Malapetaka

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri komponen otomotif dunia berada dalam ancaman serius. Hal ini disebabkan pembatasan ekspor China atas mineral tanah jarang (rare earth) yang sangat penting bagi produksi mobil.

Mengutip Reuters, Selasa (10/6/2025), keresahan ini langsung diutarakan oleh produsen magnet asal Jerman, Magnosphere. CEO perusahaan itu, Frank Eckard, mengatakan pabrik mereka dapat berhenti beroperasi pada pertengahan Juli tanpa pasokan magnet cadangan.

"Seluruh industri mobil sedang panik. Mereka bersedia membayar berapa pun harganya," kata Echkard.

Industri otomotif khawatir bahwa situasi tanah jarang dapat mengakibatkan guncangan rantai pasokan besar ketiga dalam lima tahun. Kekurangan semikonduktor menghapus jutaan mobil dari rencana produksi produsen mobil, dari sekitar tahun 2021 hingga 2023. Sebelumnya, pandemi virus corona pada tahun 2020 menutup pabrik selama berminggu-minggu.

Krisis tersebut mendorong industri untuk memperkuat strategi rantai pasokan. Para eksekutif telah memprioritaskan pasokan cadangan untuk komponen utama dan mengkaji ulang penggunaan inventaris tepat waktu, yang menghemat uang tetapi dapat membuat mereka tidak memiliki stok saat krisis terjadi.

Namun kali ini, ketika kemacetan logam tanah jarang semakin parah, industri memiliki sedikit pilihan yang bagus, mengingat sejauh mana China mendominasi pasar. Nasib jalur perakitan produsen mobil telah diserahkan kepada sekelompok kecil birokrat China saat meninjau ratusan aplikasi untuk izin ekspor.

Asosiasi pemasok mobil Eropa, CLEPA, menyebutkan bahwa beberapa pabrik pemasok mobil Eropa telah tutup. Mereka bahkan memperkirakan lebih banyak penutupan yang akan terjadi di waktu mendatang.

"Cepat atau lambat, ini akan dihadapi semua orang," kata Sekretaris Jenderal CLEPA Benjamin Krieger.

China mengendalikan hingga 70% penambangan tanah jarang global, 85% kapasitas penyulingan, dan sekitar 90% produksi paduan logam dan magnet tanah jarang. Rata-rata kendaraan listrik menggunakan sekitar 0,5 kg (lebih dari 1 pon) unsur tanah jarang, dan mobil berbahan bakar fosil hanya menggunakan setengahnya.

Tindakan pembatasan ekspor semacam ini pernah dilakukan China pada Jepang pada 2010 lalu. Saat itu, Jepang harus mencari pemasok alternatif untuk memenuhi kebutuhannya.

"China memiliki kartu tanah jarang yang dapat dimainkan kapan pun mereka mau," kata Mark Smith, CEO perusahaan pertambangan NioCorp.

Di seluruh industri, produsen mobil telah mencoba untuk melepaskan diri dari China untuk magnet tanah jarang, atau bahkan mengembangkan magnet yang tidak memerlukan unsur-unsur tersebut. Namun, sebagian besar upaya masih membutuhkan waktu bertahun-tahun lagi untuk mencapai skala yang dibutuhkan.

Perusahaan magnet AS, Niron, telah mengembangkan magnet bebas tanah jarang. Perusahaan yang berpusat di Minneapolis itu telah mengumpulkan lebih dari US$ 250 juta (Rp 4 triliun) dari para investor termasuk GM, Stellantis, dan pemasok mobil Magna, untuk mengembangkan produk ini.

"Kami telah melihat perubahan besar dalam minat dari para investor dan pelanggan sejak kontrol ekspor China mulai berlaku," kata CEO Niron, Jonathan Rowntree.

Warwick Acoustics yang berkantor pusat di Inggris telah mengembangkan pengeras suara bebas tanah jarang yang diharapkan akan muncul di mobil mewah akhir tahun ini. Namun, masih butuh waktu agar produk tersebut ada dalam lini-lini produk kendaraan terbaru.

"Kami telah berunding dengan belasan produsen mobil lainnya, meskipun pengeras suara itu diperkirakan tidak akan tersedia dalam model-model utama selama sekitar lima tahun," ujar CEO Warwick, Mike Grant.


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Targetkan 2 Juta EV Diproduksi RI di 2027

Next Article Tujuan Trump Ingin Caplok Greenland Terkuak, Ada Perang dengan China

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |