Iran Minta China dan Rusia Tekan AS Agar Patuhi Hukum Internasional

5 hours ago 2

Seorang pengunjuk rasa memegang poster Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Iran, Jumat, 20 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Duta Besar Iran untuk China, Abdolreza Rahmani Fazli kepada RIA Novosti mengatakan, China dan Rusia dapat membujuk Amerika Serikat (AS) untuk "mematuhi hukum internasional". Hal itu bertujuan untuk mencegah potensi serangan lanjutan AS dan Israel terhadap Iran. 

“Hanya dengan bersatu dan melakukan kerja sama kolektif negara-negara di dunia dapat melawan kebijakan unilateral Washington. Kami berharap hal ini terjadi sebelum Amerika Serikat atau Israel memutuskan untuk kembali menyerang Iran," kata Rahmani Fazli di sela-sela Forum Perdamaian Dunia ke-13 di Beijing.

"Rusia, China, dan Eropa bisa memainkan peran penting dalam mencegah skenario ini (serangan baru AS ke Iran)," tambahnya.

Rahmani Fazli juga mengemukakan bahwa Iran selalu siap dalam menyambut tawaran untuk berdialog. “Namun, Amerika Serikat tidak bisa dipercaya. Kami menyambut negara mana pun, khususnya China atau Rusia, yang dapat membujuk Amerika Serikat untuk mematuhi hukum internasional,” kata sang diplomat.

Teheran juga menyatakan terima kasih kepada BRICS dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang telah mengutuk serangan oleh Amerika Serikat dan Israel terhadap Iran, tidak seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional lainnya, kata Rahmani Fazli. Pada malam 13 Juni, Israel melancarkan operasi terhadap Iran, seraya menuduh Negeri Para Mullah itu memiliki program nuklir militer rahasia.

Iran menolak tuduhan tersebut dan membalas dengan serangannya sendiri. Kedua pihak saling melancarkan serangan selama 12 hari, yang kemudian melibatkan Amerika Serikat dengan satu kali serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada malam 22 Juni.

Malam berikutnya, Teheran meluncurkan serangan rudal ke pangkalan AS Al Udeid di Qatar. Presiden AS Donald Trump pada 23 Juni mengatakan bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata guna mengakhiri "Perang 12 hari".

Iran membantah memiliki dimensi militer dalam program nuklirnya. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak melihat bukti konkret bahwa Iran memiliki program senjata nuklir aktif, kata Direktur Jenderal Rafael Grossi pada 18 Juni.

sumber : Antara, Sputnik/RIA Novosti-OANA

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |