Jerman Tetap Tak Akui Palestina Usai Sebut Israel Bikin Gaza Kelaparan

16 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul mengatakan bahwa blokade de facto Israel terhadap Gaza menyebabkan kelaparan dan kematian banyak warga sipil.

"Kami telah lama mengamati bahwa blokade de facto Israel terhadap Jalur Gaza menyebabkan kelaparan, yang mengakibatkan orang-orang meninggal, menderita, dan ditinggalkan tanpa air," kata Menlu Jerman Wadephul pada Minggu (3/8), seperti dilansir Anadolu.

Pernyataan itu disampaikan Wadephul dalam kunjungan terbarunya ke Israel dan Palestina. Menurut dia, kelaparan di Gaza tidak bisa dibiarkan terus terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wadephul mengatakan dia menyampaikan pesan yang jelas selama pertemuan dengan para pejabat Israel bahwa situasi kemanusiaan di Gaza harus "berubah secara fundamental."

"Saya harap pesan itu telah didengar. Saya mendapat kesan bahwa itu sudah terjadi," kata dia.

Menteri Luar Negeri Jerman itu memperingatkan bahwa Israel berisiko mengisolasi dirinya di tengah meningkatnya kekhawatiran global atas perilaku Negeri Zionis itu di Gaza.

"Jerman tidak boleh membiarkan itu terjadi. Kami juga harus membantu Israel menghindari jatuh ke dalam situasi seperti itu," katanya, mencatat bahwa Berlin terus menasihati dan mendukung Israel melalui proses pengambilan keputusan yang sulit.

Jerman Tetap Tak Akui Palestina

Wadephul juga mengakui bahwa Jerman tetap menjadi salah satu dari sedikit negara yang tidak mengakui Palestina. "Ini adalah sesuatu yang juga harus kita akui," katanya.

Ia memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza mendorong lebih banyak negara untuk secara sepihak mengakui Palestina sambil "mengabaikan kepentingan Israel."

"Ini menjadi perhatian kami, dan itu juga harus menjadi perhatian Israel. Kami mencoba menawarkan nasihat, membuka mata mereka, dan bekerja agar Israel berada dalam posisi yang lebih baik daripada sejauh ini," katanya.

Wadephul menyerukan kembalinya kelompok bantuan internasional ke Gaza, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, badan-badan PBB, Palang Merah Internasional, dan lembaga amal keagamaan, dengan mengatakan: "Jika diberi akses, organisasi-organisasi ini dapat melakukan pekerjaan mereka."

Ditanya kapan akses seperti itu harus dimulai, dia menjawab: "Ini bisa dimulai besok-dan, nyatanya, itu sudah membaik. Sebagai hasil dari pertemuan saya dengan pemerintah Israel minggu ini, secara signifikan lebih banyak truk memasuki Gaza dibandingkan minggu lalu."

Namun, Wadephul menekankan bahwa tingkat bantuan masih jauh di bawah apa yang dibutuhkan dan mengatakan Jerman akan terus memantau situasi dengan cermat.

Selama perjalanannya pada 31 Juli-1 Agustus 2025, Wadephul bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Gideon Saar, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Dia juga mengunjungi al-Taybeh, dekat Ramallah, dan mengadakan pembicaraan dengan kelompok-kelompok kemanusiaan yang beroperasi di wilayah tersebut.

(wiw)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |