Kerja Paksa-Judol dan Jejak Taipan Kamboja di Skandal Kripto Rp231 T

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang taipan Kamboja menjadi sorotan usai terjadi skandal kripto raksasa. Ketua Prince Holding Group, Chen Zhi, diduga mendalangi penipuan kripto yang mengeksploitasi kerja paksa untuk menipu para investor.

Pemerintah Amerika Serikat telah menyita lebih dari US$ 14 miliar (Rp 231 triliun) dalam bentuk bitcoin dan mendakwa pendiri konglomerat Kamboja tersebut. Dalam kasus ini, Chen dan rekan-rekannya diduga telah mengeksploitasi kerja paksa untuk menipu para calon investor dan menggunakan hasilnya untuk membeli kapal pesiar, pesawat jet, hingga lukisan Picasso.

Jaksa federal Brooklyn telah memberi dakwaan kepada Chen pada tanggal 14 Oktober 2025 dengan tuduhan konspirasi penipuan dan konspirasi pencucian uang. Pada saat yang sama, pihak berwenang AS dan Inggris juga menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan Chen yang bergerak di bidang pengembangan real estate dan jasa keuangan. Departemen Keuangan menyatakannya sebagai organisasi kriminal transnasional.

Chen, konglomerat usia 38 tahun diduga telah menyepakati tindak kekerasan terhadap pekerja, mengizinkan suap kepada pejabat asing dan menggunakan bisnis yang lainnya, seperti perjudian online dan penambangan mata uang kripto, untuk mencuci keuntungan ilegal.

"Chen adalah dalang di balik kerajaan penipuan siber yang luas," kata Asisten Jaksa Agung John Eisenberg, mengutip Channel News Asia, Kamis (16/10).

Bahkan, Jaksa AS Joseph Nocella menyebutnya sebagai salah satu operasi penipuan investasi terbesar dalam sejarah. Karena hasil penipuan tersebut menghasilkan US$30 juta (Rp 495 miliar) per hari.

Tahun lalu, warga AS disebut kehilangan setidaknya US$10 miliar akibat penipuan di Asia Tenggara. Departemen Keuangan AS pun mengklaim kerjaan bissis Chen, Prince Holding Group, sebagai pemain dominan di bidang tersebut.

Chen, yang juga berasal dari Tiongkok dan dikenal sebagai "Vincent", masih buron hingga saat ini. Jaksa penuntut menyebut, jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman hingga 40 tahun penjara.

Jika pengadilan mengizinkan, AS dapat menggunakan 127.271 bitcoin yang disita untuk membayar ganti rugi para korban. Nilai koin-koin tersebut yang saat ini masing-masing bernilai sekitar US$113.000 dan akan terus berfluktuasi untuk sementara waktu.

Jacob Daniel Sims, seorang ahli kejahatan transnasional dan peneliti tamu di Asia Center Universitas Harvard, mengatakan bahwa kasus ini berhasil menguak penipuan siber global yang terhubung oleh petinggi suatu negara. Chen adalah pilar utama dari ekonomi kriminal yang memiliki hubungan dengan rezim yang berkuasa di Kamboja.

Chen pernah menjabat sebagai penasihat Perdana Menteri Hun Manet, dan ayahnya merupakan mantan Perdana Menteri Hun Sen, dan diberi gelar "neak oknha". Gelar tersebut setara dengan bangsawan Inggris.

"Meskipun dakwaan dan sanksi tidak langsung membongkar jaringan ini, namun secara fundamental mengubah kalkulus risiko," kata Sims.

Kasus ini telah membuat para bank global, perusahaan real estat, dan investor berpikir dua kali sebelum menyentuh uang elit Kamboja.

Kejahatan yang terkoneksi dengan sistem pemerintahan Kamboja juga dialami oleh Ly Yong Phat, salah satu orang terkaya di Kamboja, yang dijatuhi sanksi oleh AS dan Inggris tahun lalu. Ly Yong Phat juga merupakan anggota terkemuka Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa. Ia pun juga terlibat dalam tuduhan kerja paksa, perdagangan manusia, dan penipuan online.

Berdasarkan dakwaan Chen, Prince Holding Group membangun setidaknya 10 kompleks di Kamboja di mana para pekerja, kebanyakan para migran yang dipaksa bekerja di luar keinginannya, dipaksa untuk menghubungi ribuan korban melalui media sosial atau platform pesan singkat online.

Para pekerja tersebut dipaksa membangun hubungan baik, dan membujuk calon investor untuk mentransfer mata uang kripto dengan harapan mendapatkan keuntungan investasi yang besar.

Kenyataannya, kata jaksa penuntut, itu hanyalah tipu muslihat. Uang tersebut, malah disalurkan ke bisnis dan perusahaan cangkang Prince Holding Group lainnya yang digunakan untuk membayar berbagai hal seperti perjalanan dan hiburan mewah, jam tangan, rumah liburan, karya seni langka, dan bahkan jam tangan Rolex untuk pasangan eksekutif.

Jaksa menyampaikan, kompleks-kompleks tersebut seperti neraka bagi para pekerjanya yang berfungsi sebagai kamp kerja paksa, dengan asrama-asrama dikelilingi tembok tinggi dan pagar kawat berduri, serta pusat panggilan otomatis dengan ratusan ponsel yang berjejer di rak-rak yang mengendalikan puluhan ribu profil media sosial palsu, kata jaksa.

Salah satu kompleks terkoneksi dengan Hotel Kasino Jinbei milik Prince Holding Group. Yang lainnya dikenal sebagai Golden Fortune.

Menurut pernyataan sanksi Departemen Keuangan, para pekerja di kompleks tersebut disekap, diisolasi, dan terkadang dipukuli setelah iming-iming pekerjaan bergaji tinggi di berbagai bidang seperti layanan pelanggan atau dukungan teknologi.

Kejahatan yang kejam terbukti melalui foto yang disertakan dalam dakwaan Chen. Foto tersebut menunjukkan seorang pria dengan luka berdarah di wajahnya, puluhan pria di tanah dengan tangan terikat, dan seorang pria dengan bekas cambukan merah di dada dan lengannya.

Chen secara pribadi menyetujui setidaknya satu pemukulan, terhadap seorang pria yang diyakini membuat masalah di kompleks, tetapi memperingatkan agar dia tidak dipukuli sampai mati. Namun, orang-orang melaporkan melihat para pekerja yang melarikan diri dari Golden Fortune dipukuli hingga nyaris tak bernyawa.

Pada tahun 2023, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan sekitar 100.000 orang dipaksa melakukan penipuan online di Kamboja, serta setidaknya 120.000 orang di Myanmar dan puluhan ribu orang di Thailand, Laos, dan Filipina.

Sima menyebut, tindakan ini tidak akan mengakhiri ekonomi penipuan dalam semalam. Namun, tindakan ini akan mengurangi pasokan oksigen dan mengirimkan pesan yang jarang terjadi kepada rezim seperti Kamboja bahwa kejahatan elit sebagai strategi penguasa adalah pedang bermata dua.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Perusahaan Dompet Digital Ini Mau Bikin Cadangan Bitcoin Rp1,64 T

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |