Krisis Narkoba di Pakistan Kian Parah, Penegakan Hukum Jadi Sorotan

17 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Di balik hiruk-pikuk kota-kota besar dan kawasan miskin pedesaan Pakistan, perdagangan narkoba diduga kuat tumbuh subur dengan dampak yang mematikan.

Dahulu dikenal sebagai jalur transit heroin dari Afghanistan, kini Pakistan justru tenggelam dalam epidemi narkotika yang semakin mengakar, yang diperparah kolusi aparat kepolisian, lambannya sistem peradilan, dan mandulnya mekanisme penegakan hukum.

Dari Karachi hingga Peshawar, racun narkotika menyebar ke sekolah-sekolah, penjara, hingga ke jantung komunitas masyarakat Pakistan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun hal yang membuat krisis ini semakin mengerikan bukan hanya soal jenis narkobanya, melainkan karena bisnis haram ini dijalankan secara terang-terangan, tanpa rasa takut, dan seringkali, dengan perlindungan dari aparat penegak hukum itu sendiri.

Meski beberapa pemerintahan di Pakistan telah berulang kali menyatakan tekad memberantas narkoba, faktanya perdagangan gelap ini telah menjelma menjadi ekonomi paralel. Heroin, ganja, sabu-sabu, hingga opioid sintetis seperti fentanyl beredar luas, seringkali di bawah perlindungan aparat yang seharusnya menjadi garda terdepan pemberantasan.

Bagi sebagian anggota kepolisian, narkoba bukan lagi ancaman, melainkan peluang.

Di berbagai provinsi, laporan dari whistleblower, jurnalis, hingga aktivis anti-narkoba membuktikan adanya pola yang mengkhawatirkan: para bandar besar dan pengecer narkoba bisa beroperasi leluasa karena 'dilindungi' oleh oknum polisi. Mulai dari meloloskan mereka di pos pemeriksaan, memberi bocoran soal razia, hingga membebaskan pelaku tanpa proses hukum-praktik ini sudah menjadi bagian dari sistem.

Sistem peradilan Pakistan

Di kota-kota besar seperti Lahore dan Islamabad, warga bahkan tahu pasti wilayah mana yang menjadi pusat aktivitas narkoba. "Petugas tertentu mengumpulkan amplop," kata seorang warga, merujuk pada suap agar polisi pura-pura tak melihat.

Dengan gaji rendah dan pelatihan minim, banyak aparat tergoda oleh uang mudah. Sementara itu, mekanisme pengawasan internal nyaris tidak berfungsi-dan jika pun ada, tak jarang juga dikendalikan oleh orang-orang yang sama.

Badan Anti-Narkotika Pakistan (ANF) yang seharusnya menjadi benteng terakhir pun dinilai gagal. Minim personel dan sumber daya, lembaga ini kesulitan menghadapi jaringan narkoba yang memiliki akar kuat di politik dan keuangan.

Sesekali memang ada penyitaan besar-besaran atau penangkapan yang disorot media, tetapi kasus-kasus itu nyaris tak pernah berujung pada vonis. Persidangan berjalan lambat, saksi bisa menghilang sewaktu-waktu, dan jaksa kerap tidak berdaya.

Sistem peradilan Pakistan memang tidak dirancang untuk menghadapi kompleksitas kejahatan narkotika. Hakim takut mengadili bandar besar karena ancaman pembalasan. Penyelidikan kerap gagal sejak awal karena lemahnya kapasitas forensik dan teknis. Akibatnya, para pelaku merasa tak tersentuh hukum-sementara aparat yang sungguh-sungguh ingin memberantas justru kehilangan semangat.

Lanjut ke sebelah...


Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |