Kupas Tuntas Kondisi Ekonomi RI di Tengah Ketidakpastian Global

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki daya tahan ekonomi yang solid di tengah berbagai tantangan global. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi nasional tumbuh sebesar 4,87% year on year (yoy) yang ditopang oleh momentum Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, sehingga konsumsi masyarakat mengalami peningkatan dibandingkan periode lainnya.

Sayangnya, risiko perlambatan ekonomi nasional masih cukup terbuka seiring dengan besarnya tekanan ekonomi global akibat perang dagang. Bahkan, Bank Dunia (World Bank) menganggap dalam dua tahun ke depan ekonomi Indonesia sulit untuk tumbuh mencapai level 5%.

Dalam dokumen Global Economic Prospect (GEP) edisi Juni 2025, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,7% pada 2025 dan 4,8% pada 2026. Proyeksi pertumbuhan terbaru ini merupakan bentuk revisi dari proyeksi sebelumnya dalam GEP edisi Januari 2025, di mana ekonomi Indonesia diramal tumbuh 5,1% pada 2025 dan 2026. Bank Dunia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia baru bisa tumbuh 5% pada 2027 mendatang.

Tidak hanya Indonesia, Bank Dunia juga memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh 2,3% pada 2025 dan 2,4% pada 2026. Prediksi terbaru itu turun dari perkiraan sebelumnya dalam GEP edisi Januari 2025 yang mana masing-masing tahun tercatat sebesar 2,7%.

Bersamaan dengan itu, Bank Indonesia (BI) juga melakukan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025 dari sebelumnya sekitar 4,7%-5,5% menjadi 4,6%-5,4%. Hal ini berkaca pada hasil pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2025 yang mengalami kontraksi meski terdapat momen musiman seperti Lebaran Idulfitri yang semestinya bisa menggerakan aktivitas ekonomi.

Meski demikian, Gubernur BI Perry Warijo mengungkapkan, pada kuartal II-2025 sejumlah indikator perekonomian mulai mengarah kepada perbaikan. Dalam sisa tahun ini, ekonomi Indonesia akan didorong oleh permintaan domestik dan kenaikan belanja pemerintah.

"Berbagai respons kebijakan diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam kaitan ini bauran kebijakan moneter, makroprudensial, kecepatan digitalisasi disinergikan termasuk dukungan implementasi program asta cita untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," jelas dia beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani turut mengakui, prospek ekonomi global tampak tidak baik. Bukan hanya dipengaruhi oleh dinamika perang dagang, ketegangan geopolitik juga menimbulkan ketidakstabilan ekonomi di berbagai negara dan kawasan.

Dari dalam negeri, Indonesia masih dihadapkan oleh tantangan seperti melemahnya daya beli masyarakat yang salah satunya disebabkan oleh maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri. Ditambah lagi, nilai tukar rupiah masih rentan mengalami fluktuasi akibat sejumlah faktor eksternal dan internal.

Pemerintah sebenarnya telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% dalam beberapa tahun mendatang. Target ini diupayakan bisa tercapai terlepas dari adanya tantangan berupa ketidakpastian global. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan dukungan berupa kebijakan struktural dan transformasi ekonomi.

"Presiden Prabowo mencanangkan 8% itu membutuhkan kebijakan struktural dan transformasi ekonomi yang penting berbagai kebijakan seperti SDA (sumber daya alam), apakah pendidikan termasuk gizi dan institusi birokrasi dan simplikasi atau hilirisasi lebih tinggi lebih efisien," terang Sri Mulyani, beberapa waktu lalu.

Untuk mengetahui lebih jauh kondisi ekonomi nasional, CNBC Indonesia menggelar Economic Update 2025 dengan tema "Striving For 8% Growth Despite Global Uncertainty". Sejumlah topik akan dibahas dalam panel diskusi, seperti upaya penyesuaian dan pertumbuhan ekonomi melalui perubahan inovatif, upaya memacu pertumbuhan ekonomi melalui kekuatan industri keuangan, perkembangan ekosistem keuangan digital, hingga perkembangan hilirisasi di era Prabowo Subianto.

CNBC Indonesia Economic Update 2025 akan dibuka keynote speech oleh Sri Mulyani - Menteri Keuangan RI, Dr. Arthur B. Laffer - American Economist, serta Ferry Irawan - Deputi I Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.

Adapun topik-topik hangat akan dibahas dalam sejumlah panel diskusi. Panel Discussion 1 mengangkat tema "Managing Adjustment & Growth through Innovative Change" yang akan diisi oleh Febrio Kacaribu - Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal, Kementerian Keuangan, dan juga Mari Elka Pangestu - Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional.

Sedangkan, Panel Discussion 2 mengusung tema "Downstreaming Update in Prabowo's Era". Panel ini akan dihadiri oleh Bambang Patijaya - Ketua Komisi XII DPR RI, Surya Herjuna - Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara, Kementerian ESDM RI, Melati Sarnita - Direktur Utama PT Inalum, Andre Barahamin - Koordinator Penjangkauan Komunitas IRMA di Indonesia.

Bukan hanya panel diskusi, acara ini juga akan menghadirkan diskusi menarik bersama Ferry Irawan hingga Dr. Arthur B. Laffer.

Sebagai informasi, Economic Update 2025 akan digelar pada 18 Juni 2025 di Ballroom Flores, Hotel Borobudur, Jakarta. Acara ini didukung oleh Hotel Borobudur, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), BMW Tunas, MIND ID, dan PT Vale Indonesia Tbk.

Jangan lewatkan Economic Update 2025 secara eksklusif melalui berbagai program unggulan CNBC Indonesia yaitu Squawk Box, Profit, Power Lunch, Closing Bell, dan Evening Up. Untuk itu, pantau terus informasi seputar ekonomi dan bisnis melalui cnbcindonesia.com dan CNBC Indonesia TV.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Target Pertumbuhan Ekonomi RI 5,2% Meleset, Airlangga: Dampak Global!

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |