Malapetaka di China Menggila, Kota Lumpuh-Bandara Tumbang

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Hujan ekstrem yang mengguyur kawasan selatan China selama beberapa hari terakhir telah melumpuhkan sebagian wilayah dan memicu kekhawatiran serius akan penyebaran penyakit, kerugian ekonomi, dan bencana alam susulan.

Pada Rabu (6/8/2025), pemerintah dan tim penyelamat kini berlomba melawan waktu untuk mengatasi kerusakan, memulihkan infrastruktur, dan mencegah wabah semakin luas.

Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong, menjadi salah satu kota yang paling parah terdampak dengan curah hujan terberat kedua abad ini pada bulan Agustus. Bandara Baiyun, yang termasuk salah satu bandara tersibuk di dunia, terpaksa membatalkan 363 penerbangan dan menunda 311 lainnya akibat badai yang menggila.

Kondisi serupa juga terjadi di Hong Kong dan kota-kota teknologi tinggi di kawasan Delta Sungai Mutiara. Pada hari sebelumnya, hujan tercatat sebagai yang terlebat untuk Agustus sejak 1884.

Langit berwarna kelam mengguyur kota-kota besar dengan derasnya air, menyebabkan tanah longsor, tumbangnya pepohonan, dan jalan-jalan berubah menjadi sungai berlumpur.

Tim penyelamat di Guangdong berupaya membuka saluran air dan memompa genangan dari wilayah-wilayah perkotaan. Media pemerintah menyebutkan, kerusakan parah juga terlihat pada jalan-jalan raya yang terkikis hingga memperlihatkan kabel dan infrastruktur bawah tanah.

Wabah Chikungunya

Salah satu ancaman terbesar yang kini menghantui adalah potensi penyebaran wabah chikungunya. Hujan deras yang menyebabkan genangan air di berbagai wilayah menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk penyebar virus.

Foshan, kota yang terletak di sebelah barat Guangzhou, menjadi pusat penyebaran utama, dengan lebih dari 7.000 kasus telah dilaporkan sebelumnya di seluruh Guangdong.

Gambar dan video dari lapangan menunjukkan betapa parahnya situasi di mana jalanan tergenang lumpur, sementara warga dan petugas berusaha mengevakuasi dan menyelamatkan warga yang terjebak.

"Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, dengan seluruh sumber daya yang tersedia dikerahkan untuk menemukan dan mengevakuasi warga yang terjebak," kata juru bicara militer Suneel Bartwal, dilansir Reuters.

Pemerintah provinsi mengakui bahwa beberapa minggu ke depan akan menjadi masa yang sangat menantang dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.

"Musim banjir yang diperparah oleh topan dan hujan lebat meningkatkan aktivitas nyamuk secara drastis," ungkap otoritas setempat.

Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) di bawah PBB, fenomena banjir dan kekeringan yang lebih intens merupakan sinyal bahaya dari krisis iklim yang sedang memperburuk siklus air global.

Adapun sebanyak 16 sungai di provinsi Guangdong berada dalam status siaga tinggi karena berpotensi meluap. Di dua lokasi, tinggi muka air telah melampaui rekor sejak 2017 dan 2018.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Banjir Dahsyat Hantam Argentina, 16 Orang Tewas-Messi Buka Suara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |