REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Di tengah derasnya arus modernitas dan aktivitas para pemuda yang kian padat, hadir sebuah masjid yang bukan hanya menjadi tempat sholat, tetapi juga tempat istirahat yang nyaman. Masjid Sejuta Pemuda, sebuah masjid yang terbuka melayani kebutuhan jamaah tanpa memandang latar belakang.
Masjid bernama Masjid At-Tin ini berada di Jalan Lamping, Kelurahan Gedongpanjang, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Masjid ini didirikan pada tahun 1444 H, tepatnya pada 9 Maret 2024.
Namun, masjid ini lebih dikenal sebagai Masjid Sejuta Pemuda. Nama ini dipilih karena jumlah pemuda di Sukabumi saat itu mencapai sekitar 1,3 juta orang.
Penggagas Masjid Sejuta Pemuda, Ustadz Anggy Firmansyah Sulaiman mengungkapkan, masjid yang berdiri di atas lahan sekitar satu hektare ini buka 24 jam untuk melayani umat.
"Layanan masjid sejuta pemuda aktif dan buka 24 jam," ujar Ustadz Anggy saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (8/11/2025).
Masjid ini dibangun dengan semangat kerelawanan dan pelayanan, mengusung prinsip bahwa rumah Allah harus menjadi tempat yang paling ramah dan menenteramkan.
Masjid ini menjadi magnet bagi para pemuda dan pelintas jalan karena menyediakan beragam fasilitas sosial. Mulai dari makan gratis setiap hari, tempat istirahat bagi musafir, hingga ruang terbuka untuk diskusi, belajar, dan memperdalam pengetahuan agama.
Jamaah yang datang bisa makan tanpa bayar dari dapur sedekah masjid. "Di sini ada Dapur Bagi-bagi, makan gratis sehari tiga kali," ucap Ustadz Anggy.
Menurutnya, Masjid Sejuta Pemuda juga menawarkan fasilitas ramah musafir, coffee bar gratis, dan program sosial. Seluruh lapisan masyarakat bisa menumpang tidur atau sekadar rebahan jika sedang kelelahan di perjalanan.
"Ada juga layanan Coffee & healthy Bar, masjid ramah musafir, beasiswa pendidikan S1 gratis, dan working space," katanya.
Masjid ini berdiri sebagai bukti bahwa pelayanan umat tidak harus menunggu besar dana, tetapi dimulai dari ketulusan dan gotong royong.
Salah satu keunikan masjid ini adalah penekanannya pada pemberdayaan dan keterlibatan pemuda. Mereka bukan hanya jamaah, tetapi penggerak program.
Mulai dari desain konten media sosial, event kajian, hingga program pelayanan sosial semuanya dibuat dan digerakkan oleh anak muda. Hasilnya, masjid terasa hidup, dinamis, dan dekat dengan mereka.
Masjid ini juga menjadi salah satu destinasi yang dikunjungi 25 content creator dalam program Masjid Travelers 2025. Program ini digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) untuk mengeksplorasi masjid berdaya dan berdampak.
CEO Masjid Pemuda, Dhias mengatakan, arah dari Masjid Sejuta Pemuda adalah menjadikan masjid sebagai barometer peradaban. Bukan semata dinilai dari besar dan megahnya bangunan, melainkan dari bagaimana jamaah mampu memakmurkan masjid.
"Kita belajar dari Rasulullah SAW bagaimana beliau menyelesaikan persoalan umat berawal dari masjid. Maka kami ingin mencontoh itu, menjadikan masjid sebagai pusat solusi, terutama bagi anak-anak muda," jelasnya.

3 hours ago
3










































