Mata Uangnya Terlalu Perkasa, Tetangga RI Ini Pusing Tujuh Keliling

11 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Taiwan tengah dibuat pusing dengan penguatan mata uangnya, Penguatan yang sangat tajam membuat mereka kehilangan daya tarik barang ekspornya. Ekonomipun bisa terancam.

Dolar Taiwan mencetak rekor terkuat dalam tiga tahun pada perdagangan Jumat lalu (4/7/2025) di posisi TWD 28,901 per US$1 Sepanjang tahun ini, dolar Taiwan sudah menguat 11% terhadap dolar AS. 

Pada perdagangan Rabu (8/7/2025), mata uang dolar Taiwan ditutup di TWD 29,205 per US$1 atau melemah 0,33%.

Penyebab dan Dampak dari Penguatan Dolar Taiwan

Penguatan dolar Taiwan ini terjadi seiring dengan pergerakan mata uang Asia yang telah menguat terhadap dolar AS selama beberapa bulan belakangan, salah satu penyebab penguatan ini karena adanya aksi jual terhadap aset AS yang lebih luas.

Penyebab lainnya adalah optimisme atas negosiasi tarif AS yang mendorong investor institusional asing untuk menanamkan modal ke pasar Taiwan.

"Ketidakpastian terkait kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kekhawatiran mengenai kesehatan fiskal AS telah mendorong hilangnya kepercayaan investor terhadap dolar AS yang memicu aksi jual dolar AS," kata ahli dari OCBC dikutip dari Wall Street Journal.

Menurut Christiaan Tuntono Ekonom AlianzGI, de-dolarisasi mendorong aliran modal Kembali ke Asia.

Tuntoro menambahkan Asia memegang sekitar US$8,6 triliun dalam ekuitas dan aset pendapatan tetap, bahkan repatriasi sebagian dapat signifikan meningkatkan mata uang Asia.

Penguatan mata uang Asia termasuk dolar Taiwan dapat menekan beberapa perusahaan-perusahaan besar milik Taiwan seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing dan Foxconn Technology.

Penguatan mata uang lokal membuat barang-barang buatan Taiwan jadi lebih mahal bagi pembeli internasional.
Terutama penting bagi produk berorientasi harga, seperti komponen elektronik yang bersaing ketat dengan produk dari Korea Selatan, China, dan Jepang.

Banyak eksportir menerima pembayaran dalam USD atau EUR sehingga ketika dikonversi ke TWD, nilai tukar yang lebih kuat membuat pendapatan domestik (TWD) mereka turun. Perusahaan pun perlu melakukan efisiensi atau menaikkan harga, yang bisa mengurangi pesanan.

Dampak lainnya, pembeli asing mungkin mengalihkan pesanan ke negara dengan mata uang lebih lemah (lebih kompetitif) sehingga bisa menyebabkan penurunan volume ekspor, terutama ke pasar AS, Eropa, dan ASEAN.

Dolar Taiwan. (Dok. Pixabay)Foto: Dolar Taiwan. (Dok. Pixabay)
Dolar Taiwan. (Dok. Pixabay)

Hal ini disebabkan karena sebagian besar penjualan produk semikonduktor dilakukan dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Dengan kurs dolar Taiwan yang lebih kuat, pendapatan dalam dolar akan dikonversi menjadi lebih kecil dalam mata uang lokal, sehingga mengurangi margin keuntungan perusahaan. Selain itu, harga produk mereka juga menjadi relatif lebih mahal dibanding pesaing global, sehingga daya saing mereka di pasar internasional berpotensi melemah.

Direktur Keuangan Foxconn David Huang telah memperingatkan bahwa setiap kenaikan TWD1 (dolar Taiwan) bisa mempengaruhi pendapatan perusahaan sebesar 3% dan margin kotornya sebesar 0,1 poin persentase.

Sementara bagi perusahaan asuransi jiwa seperti Fubon Financial Holding, ancaman terletak pada kepemilikan aset asing yang signifikan, sehingga meningkatkan risiko neraca ketika dolar Taiwan menguat.

Ekonom DBS Ma Tieying dalam catatannya memperkirakan bahwa total investasi di aset asing oleh perusahaan asuransi jiwa Taiwan mencapai sekitar 70% dari total portofolio mereka sampai Februari 2025, serta sebagian besar dalam mata uang dolar AS.

Perkiraan ini diperkuat oleh data dari Taiwan Financial Supervisory Commission, bahwa sampai akhir Mei 2025, kerugian dari valuta asing (valas) perusahaan asuransi jiwa telah meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.

Dilihat dari kacamata ekonomi yang lebih besar, mata uang yang lebih kuat dapat menahan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan membebani ekspor, yang saat ini tengah menghadapi hambatan dari tarif dagang Presiden Trump.

Regulator Mulai Menaruh Perhatian

Pada Mei 2025, ketika dolar Taiwan mencatatkan penguatan terbesar terhadap dolar AS sejak tahun 1988, Bank sentral Taiwan (CBC) merespons dengan menenangkan pasar.

CBC mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan meminta para analis serta pelaku usaha, khususnya di sektor manufaktur, agar tidak terpengaruh oleh spekulasi pasar valas yang berlebihan.

Bank sentral menambahkan bahwa dampak dari pergerakan mata uang cenderung menyeimbangkan diri dalam jangka waktu tertentu, menandakan sikap wait and see terhadap kebijakan intervensi langsung.

Juru bicara kabinet Taiwan, Michelle Lee, dalam konferensi pers menyatakan bahwa pemerintah akan terus memantau perkembangan nilai tukar dan menyiapkan langkah-langkah yang sesuai jika diperlukan.

Namun demikian, tekanan terhadap eksportir semakin nyata. Adrienne Lui, Ekonom dari Citi Research, menilai bahwa kombinasi tarif dagang AS dan penguatan dolar Taiwan merupakan pukulan telak bagi eksportir Taiwan. Menurutnya, dampak penuh kemungkinan akan mulai terlihat pada paruh kedua 2025, setelah efek front-loading mereda pasca antisipasi tarif baru dari AS.

Langkah lainnya adalah dengan menambah cadangan devisa dolarnya demi menambah pasokan TWD.

Cadangan devisa Taiwan melonjak ke rekor tertinggi pada akhir Juni, seiring intervensi bank sentral di pasar valuta asing untuk membatasi penguatan dolar Taiwan terhadap dolar AS.

Menurut data dari Bank Sentral Taiwan cadangan devisa naik sebesar US$5,48 miliar dibandingkan bulan Mei, menjadi US$598,43 miliar pada akhir Juni - merupakan level tertinggi yang pernah dicatatkan.

Taiwan Cetak Rekor Nilai Ekspor 

Berdasarkan data ekonomi terbaru, Taiwan Menunjukkan lonjakan ekpor yang cukup signifikan mencapai US$154 miliar pada kuartal kedua 2025, sementara bila ditotal selama semester I 2025, Taiwan mencatatkan nilai ekspor sebesar US$440.

Pendorong utama pertumbuhan nilai ekspor Taiwan adalah permintaan yang meningkat dari sektor teknologi Artificial Intelligence (AI), yang leah meningkatkan pengiriman chip dan produk teknologi.

Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) dan perusahaan teknologi terkemuka lainnya yang berada di garis depan tren ini, tengah memperluas produksi untuk memenuhi tingginya permintaan global.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |