- Pasar keuangan ditutup beragam pada akhir pekan lalu, IHSG melemah sementara rupiah menguat
- Wall Street kompak menguat jelang laporan keuangan megacap
- Keputusan suku bunga The Fed, pertemuan Trump-Jinping dan musim laporan keuangan akan menjadi penggerak pasar pekan ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kembali dibuka perdagangan hari ini usai melewati pekan yang cukup volatile pada perdagangan pekan kemarin.
Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah, diperkirakan akan kembali volatile meskipun minim sentimen dari dalam negeri, akan tetapi sentimen dari global terutama The Federal Reserve (The Fed) akan menjadi booster bagi penutupan pasar keuangan di bulan Oktober. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini.
Investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.
Pada perdagangan Jumat (24/10/2025), IHSG ditutup melemah tipis 0,03% di level 8.271,72. Pada perdagangan intraday, IHSG sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di level 8.351,06. Namun secara pergerakan sepekan kemarin, IHSG berhasil melesat 4,50%.
Mayoritas sektor perdagangan tercatat menguat dengan kenaikan tertinggi dicatatkan oleh sektor properti, kesehatan dan utilitas. Sementara sektor konsumer non primer, barang baku dan teknologi membukukan koreksi paling dalam.
Saham-saham konglomerat tercatat menjadi pemberat IHSG pada perdagangan akhir pekan kemarin, dengan saham blue chip menjadi motor utama pergerakan indeks.
Sebanyak 295 saham tercatat mengalami kenaikan, 371 terkoreksi dan 143 lainnya stagnan. Adapun total transaksi tercatat relatif ramai atau mencapai 22,46 triliun yang melibatkan 28,84 miliar saham dalam 2,36 juta kali transaksi.
Dua emiten penggerak utama kinerja IHSG adalah Astra International (ASII) dan Bank Mandiri (BMRI).
Sementara itu jajaran emiten konglomerat yang tercatat menjadi pemberat kinerja IHSG termasuk Barito Pacific (BRPT), DCI Indonesia (DCII), Bumi Resources Mineral (BRMS), EMTK dan AMMN.
Pelemahan IHSG Jumat kemarin merupakan koreksi teknis usai membukukan reli panjang beberapa waktu terakhir karena kembalinya asing masuk ke pasar, utamanya ke saham-saham blue chip.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.
"Kalau untuk saat ini memang sudah terjadi shifting dari saham-saham konglomerat ke saham-saham blue chip," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/10/2025).
Menurutnya, performa positif pada IHSG diperkirakan berlangsung pada bulan ini, Oktober 2025 hingga Februari 2026 berdasarkan rata-rata 10 tahun terakhir.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (24/10/2025) menguat ke posisi Rp16.590/US$1 atau terapresiasi 0,15%. Sayangnya dalam sepekan kemarin, pergerakan rupiah terhadap dolar AS masih terpantau melemah 0,09%.
Pergerakan rupiah pada akhir pekan kemarin cukup volatile seiring dengan beberapa faktor, mulai dari faktor eksternal dari ancaman baru AS ke Rusia hingga mendidihnya harga minyak.
Harga minyak mentah melonjak lebih dari 5% ke level tertinggi dalam dua minggu kemarin, menyusul pengumuman sanksi AS terhadap perusahaan-perusahaan minyak utama Rusia.
AS melarang dua raksasa milik negara, Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, dalam langkah yang bertujuan menambah tekanan terhadap Kremlin terkait kurangnya komitmen Moskow terhadap perdamaian di Ukraina.
Rosneft, yang dipimpin sekutu Putin, Igor Sechin, dan Lukoil bersama-sama menyumbang hampir setengah dari ekspor minyak Rusia, sekitar 2,2 juta barel per hari, dengan pendapatan dari minyak dan gas menyumbang sekitar seperempat anggaran federal.
Setelah sanksi diumumkan, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia akan menekan pembeli besar, dan berencana membahas impor minyak Rusia dengan Presiden China Xi Jinping minggu depan, setelah menegaskan kembali bahwa India akan mengurangi pembeliannya.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi.
"Intervensi akan dilakukan apapun yang diperlukan, dan ini kita lakukan tidak hanya di satu pasar saja, dengan intervensi spot tapi juga intervensi melalui pasar forward, di pasar domestik, maupun juga di luar negeri di offshore," Jelas Juli Budi Winantya, dalam pelatihan wartawan, Jumat (24/10/2025).
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Jumat (24/10/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik 0,11% di level 5,9208%.
Dalam sepekan kemarin, obligasi tenor 10 tahun mencatatkan penurunan sebesar 2,17%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages

4 hours ago
1
















































