Petugas mencoba mengisi daya mobil listrik usai peluncuran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan mesin penukar botol plastik menjadi uang atau Reverse Vending Machine (RVM) di Masjid Raya Bintaro Jaya, Kota Tangerang Selatan, Banten, Jumat (5/9/2025). BSI meluncurkan SPKLU dan RVM untuk mendukung gerakan ekonomi hijau di lingkungan berbasis komunitas masjid.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini kinerja pembiayaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) akan tetap positif hingga berakhirnya insentif bagi mobil listrik impor utuh (completely built-up/CBU) pada akhir tahun. Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan insentif untuk mobil listrik CBU tidak akan diperpanjang setelah Desember 2025.
Insentif tersebut mencakup pembebasan bea masuk serta keringanan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
“Permintaan kendaraan listrik diperkirakan tetap meningkat menjelang berakhirnya insentif, sehingga dapat mendorong kinerja pembiayaan kendaraan listrik hingga akhir tahun 2025,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Berdasarkan data OJK, per Agustus 2025 outstanding pembiayaan kendaraan listrik mencapai Rp19,45 triliun, tumbuh 5,19 persen secara month to month (mtm). Porsi tersebut setara 3,65 persen dari total pembiayaan industri multifinance.
Secara keseluruhan, pembiayaan industri multifinance masih didominasi segmen kendaraan bermotor, dengan porsi 76,17 persen atau senilai Rp405,79 triliun dari total outstanding pembiayaan.
Agusman menilai, industri multifinance akan tetap tumbuh positif hingga akhir 2025 meskipun terdapat risiko bias ke bawah dari proyeksi awal. Karena itu, diperlukan upaya peningkatan penyaluran piutang pembiayaan ke depan.
“Industri multifinance terus menunjukkan ketahanan yang baik di tengah dinamika perekonomian,” katanya.
Per Agustus 2025, piutang pembiayaan industri multifinance tumbuh 1,26 persen year on year (yoy) menjadi Rp505,59 triliun. Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh pembiayaan modal kerja yang meningkat 7,62 persen yoy.
sumber : ANTARA