1 hour ago
2
Tentara Israel di dekat kendaraan pengangkut personel lapis baja mereka kembali dari Jalur Gaza menuju Israel, Selasa, 29 Juli 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Operasi yang berlangsung pada Kamis (18/9/2025) di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, mencerminkan seperti apa situasi yang akan terjadi selama operasi darat untuk menduduki wilayah tengah dan menegaskan kesulitan dan kompleksitas perang ini.
Media Israel mengutip sumber-sumber militer yang mengatakan bahwa dua tentara tewas dan delapan lainnya terluka ketika sebuah alat peledak meledak di sebuah kendaraan Hummer di Rafah.
Menurut pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna operasi ini menunjukkan bahwa Israel sedang bertempur dalam perang yang paling rumit dan sulit dalam sejarahnya.
“Hal ini karena bertempur di daerah perkotaan yang tidak akan mudah dikendalikan,’ kata Hanna kepada Aljazeera, Kamis (18/9/225).
Dia mengatakan, fakta bahwa operasi tersebut terjadi di Rafah, yang terletak di bagian paling selatan Gaza dan yang dianggap Israel sebagai wilayah yang aman bagi pasukannya, menunjukkan kebutaan taktis pasukan pendudukan.
Penargetan sebuah Humvee berarti bahwa mereka bergerak tanpa kekhawatiran karena menganggap daerah itu bebas dari perlawanan.
Dia mengatakan perangkat ini mungkin telah ditanam sebelumnya atau mungkin baru saja ditanam, yang berarti bahwa perlawanan masih memiliki cara untuk mengaksesnya yang tidak diketahui oleh Israel.
Pentingnya waktu terletak pada fakta bahwa hal itu memberikan indikasi tentang seperti apa operasi Kota Gaza nantinya, yang menurut Hanna akan berada di daerah pemukiman yang tidak mungkin dikontrol, menurut pakar militer tersebut.
Hanna menyimpulkan bahwa perlawanan bergantung pada pencegahan kumulatif dengan melakukan operasi sporadis untuk meningkatkan korban jiwa di barisan pendudukan untuk mengubah keputusan politik di Israel.
