Pedagang Kaya yang Banting Setir Jadi Tukang Roti: Kisah Sufi Abu Hafs an-Naisaburi

2 hours ago 1

Tarian sufi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hafs an-Naisaburi, nama lengkapnya Abu Hafs Umar ibn Salamah al-Naisaburi, adalah salah satu tokoh sufi terkemuka dari abad ke-9 Masehi. Ia dikenal sebagai seorang ulama dan guru tasawuf yang karismatik dan sangat dihormati.

Kisahnya tidak hanya menarik karena ketekunan spiritualnya, tetapi juga karena pengaruhnya yang besar dalam menyebarkan ajaran tasawuf di wilayah timur Persia, khususnya di Nishapur. Kehidupannya merupakan cerminan dari pengabdian total kepada Allah dan riyadhah kepada para muridnya.

Pada mulanya, Abu Hafs bukanlah seorang sufi. Ia adalah seorang pedagang yang sukses di Nishapur, sebuah kota yang menjadi pusat peradaban dan perdagangan di Khorasan. Kekayaan dan status sosialnya tidak membuatnya merasa puas, ia justru merasakan kehampaan spiritual yang mendalam.

Kerinduan untuk menemukan makna hidup yang lebih hakiki membawanya pada pencarian rohani. Ia meninggalkan dunia perdagangan dan mulai mendalami ilmu agama, khususnya tasawuf, di bawah bimbingan para guru sufi pada masanya.

Salah satu momen penting dalam perjalanannya adalah pertemuannya dengan as-Sari as-Saqati di Baghdad. As-Sari as-Saqati adalah salah satu guru besar tasawuf di Irak, dan dari sosok inilah Abu Hafs mendapatkan banyak pelajaran berharga. Interaksi antara keduanya sering kali digambarkan sebagai perpaduan antara kebijaksanaan dari Irak dan ketegasan dari Khorasan. As-Saqati sangat terkesan dengan ketulusan dan keteguhan hati Abu Hafs, dan ia pun menjadi salah satu murid kesayangannya.

Dalam sebuah riwayat, Abu Hafs berkata: “Aku datang kepada Sari as-Saqati untuk belajar zuhud. Ia mengajarkan kepadaku bahwa zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menjadikan dunia berada di tangan, bukan di hati.” Dari Sari, Abu Hafs memahami bahwa inti tasawuf adalah tawakal, sabar, dan keikhlasan dalam amal, bukan sekadar pakaian compang-camping atau meninggalkan harta.

Abu Hafs juga pernah menceritakan bahwa Sari as-Saqati mengingatkannya agar tidak terjebak pada pencitraan kesufian. Sari berkata kepadanya: “Jangan sibuk mencari pengakuan manusia atas kezuhudanmu. Sibuklah agar Allah ridha kepadamu.” Nasehat ini sangat berkesan bagi Abu Hafs, sehingga kelak ia menjadi salah satu sufi yang menekankan pentingnya amal nyata dalam masyarakat, bukan sekadar ucapan atau simbol.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |