REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Warga Nahdlatul Ulama (NU) mulai mengambil peran strategis di sektor pertambangan nasional. Melalui Asosiasi Pertambangan Warga Nahdlatul Ulama (APWNU), pengusaha-pengusaha tambang Nahdliyin tampil ke permukaan, membangun ekosistem baru yang berbasis kolaborasi, legalitas, dan kemaslahatan umat.
Hal itu tampak dalam "APWNU Investor Club Golf Tournament 2025" yang digelar pada Rabu (23/7/2025) di Sentul Highlands Golf Club, Bogor, Jawa Barat. Turnamen ini mempertemukan lebih dari 120 peserta dari kalangan investor, pemilik Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK), kontraktor, dan pelaku usaha tambang dari dalam maupun luar negeri.
“Acara ini adalah ajang silaturahmi sekaligus tempat lahirnya kesepakatan-kesepakatan bisnis. Kita ingin para pengusaha Nahdliyin juga punya akses ke sektor strategis seperti tambang,” ujar Sekretaris Jenderal APWNU, Joko Suprianto.
Pria yang akrab disapa Gus Joko ini mengatakan, APWNU hadir untuk menjawab tantangan sekaligus keraguan sebagian pihak terhadap kemampuan NU mengelola konsesi tambang yang diberikan pemerintah.
“Sejak konsesi itu kami terima, muncul suara-suara sinis. NU ini kan ngurus santri, ngaji, masjid, masa bisa urus tambang? Tapi kami percaya, asal diberi kesempatan dan didampingi mentor yang tepat, warga NU bisa,” ucap dia.
Turnamen golf yang juga merupakan bagian dari peringatan Harlah ke-1 APWNU ini menjadi titik temu antara modal sosial Nahdliyin dan modal finansial investor. Banyak peserta yang merupakan warga NU, bahkan ada investor asing yang mengaku memiliki semangat serupa. “Bahkan tadi ada investor dari Cina yang bilang dirinya KRISNU — Kristen NU,” ujar Gus Joko sambil tersenyum.
Keterlibatan pengusaha Nahdliyin di dunia tambang memang relatif baru, namun APWNU melihat hal itu sebagai peluang besar. “NU selama ini dominan di pendidikan, dakwah, dan sosial. Tapi tambang? Ini hal baru. Maka kami belajar. Kami sadar, tambang bukan bisnis modal kecil. Harus kolaborasi, sinergi, dan pemilihan mitra yang tepat,” jelas dia.
APWNU kini membina lebih dari 120 anggota aktif yang terdiri dari pengusaha solar, alat berat, kontraktor, hingga pemilik WIUPK. Meski banyak tantangan, antusiasme tinggi terlihat dari peserta yang hadir, termasuk dari Malaysia dan Singapura.