Penjelasan Singkat Analis Penyebab Pasar Keuangan AS Goyang

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia — Pasar keuangan dan saham di Amerika Serikat kini tengah bergejolak. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar keuangan terhadap risiko sistemik baru yang diduga disebabkan oleh kredit macet di industri keuangan non bank.

Tanda-tanda gejolak ini muncul pada Kamis lalu, saat saham-saham di AS anjlok. Dow Jones Industrial Average ditutup turun lebih dari 300 poin, akibat kekhawatiran terhadap kesehatan bank-bank regional.

SPDR S&P Regional Banking ETF (KRE), yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja saham-saham bank regional atau bank daerah di AS juga turun lebih dari 6% saat itu. Hal tersebut dipicu oleh ambruknya saham Zions Bancorporation dan Western Alliance Bancorp yang merosot masing-masing lebih dari 13% dan 10%.

Berdasarkan laporan CNBC Internasional, pendapat awal dari para analis perbankan menunjukkan bahwa kejadian tersebut mungkin hanya terjadi satu kali, alias bukan masalah yang bisa menyebabkan penurunan lebih jauh.

Para analis mengatakan apa yang terjadi di Zion dan Western Alliance berkaitan dengan segelintir peminjam yang bermasalah, alih-alih risiko yang lebih luas terhadap kredit swasta yang ditandai oleh kebangkrutan baru-baru ini di First Brands dan Tricolor Holdings.

Namun, rentetan kredit macet yang cepat, dan reaksi pasar saham yang buruk, menunjukkan bahwa investor kini waspada terhadap risiko yang lebih besar.

Hal ini sebagaimana disampaikan secara gamblang minggu ini oleh CEO JPMorgan, Jamie Dimon, yang mengatakan mungkin ada lebih banyak kecoak di industri keuangan AS setelah bank terbesar di negara itu melakukan penghapusan piutang yang cukup besar pada kuartal ketiga karena efek tekanan dari Tricolor Holdings.

Analis bank yang juga merupakan managing director di Wells Fargo Securities, Mike Mayo mengatakan, telah mendengar pernyataan dari Jamie Dimon itu secara langsung.

"Saya bertanya kepada Jamie Dimon tentang masalah ini, dan mendengar, 'ketika Anda melihat satu kecoak, kemungkinan besar ada beberapa lagi'. Jadi saya pikir para investor sedang mencari kecoak, dan itulah yang terjadi," ujar Mike Mayo, dikutip dari laporan CNBC Internasional, Sabtu (18/10/2025).

Kekhawatiran yang lebih luas terhadap potensi risiko baru ini juga tertuju pada jumlah pinjaman yang ada di lembaga keuangan nondepositori, atau NDFI atau di Indonesia bisa disebut lembaga keuangan non-bank.

NDFI, termasuk perusahaan hipotek, perusahaan asuransi, dan manajer aset swasta, yang memberikan peminjam sumber modal alternatif di luar bank tradisional.

Akan tetapi, NDFI di AS tidak transparan dan diatur ketat seperti bank. Hal ini memberikan risiko leverage yang tidak diketahui dapat berdampak pada sistem keuangan yang lebih luas atau tidak.

Pinjaman kepada NDFI oleh bank komersial pada 2025 telah melonjak lebih dari 50% dari tahun ke tahun, menurut Federal Reserve, perubahan data terbesar sejak 2016.

"Elemen yang menakutkan dari cerita ini adalah dengan standar pinjaman NDFI yang lebih longgar, kita harus berasumsi ada lebih banyak di luar sana," tulis Peter Corey, kepala strategi pasar di Pave Finance, yang menyebutkan lonjakan besar pinjaman ke NDFI.

Hal itu kemudian diperkeruh dengan masalah transparansi aliran kredit bank ke NDFI. Alhasil muncul gelombang kehawatiran yang besar, karena pasar tidak benar-benar mengetahui masalahnya. 

Menurut Peter Corey, Argumen yang mengatakan bahwa masalah yang terjadi di Tricolor dan First Brands sangat terisolasi alias tidak sistemik akan segera kehilangan kredibilitasnya. "Seiring kita mendapatkan berita tentang Zions dan Western Alliance Bancorp, dan akan semakin memburuk di berita-berita selanjutnya," ucapnya.

Terlebih lagi, kredit swasta seperti NDFI juga merupakan kelas aset yang belum diuji efeknya dalam kondisi ekonomi yang melemah.

Macrae Sykes, manajer portofolio Gabelli Financial Services Opportunities ETF (GABF) di Gabelli Funds, mencatat, sebetulnya kondisi makroekonomi saat ini menguntungkan bagi perbankan: Suku bunga yang lebih rendah, semangat yang lebih kuat, dan perekonomian yang masih kuat.

Dia tetap optimis terhadap pusat-pusat keuangan besar masih akan stabil kondisinya di tengah situasi itu, seperti JPMorgan dan Wells Fargo, serta beberapa bank regional, seperti First Citizens Bank dan M&T Bank

Meskipun demikian, investor kini waspada terhadap risiko yang dapat timbul dari konsekuensi yang tidak diinginkan akibat pinjaman bermasalah dari NDFI itu ke perbankan, karena porsi pembiayaannya yang terus membengkak saat ini.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ini Cara Agar Tidak Diteror oleh Debt Collector

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |