Penjualan Mobil Lesu, Pembiayaan Multifinance Nyungsep!

8 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil terus turun membuat penyaluran kredit multifinance melambat ke posisi terendah tahun ini.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan mobil retail atau dari diler ke konsumen pada Mei 2025 sebanyak 60.613 unit, turun 15,10% secara tahunan (yoy) atau dari posisi Mei 2024 sebanyak 71.391 unit.

Jika diakumulasi sepanjang Januari - Mei 2025, penjualan mobil turun 5,49% yoy menjadi 316.981 unit.

Gaikindo memperkirakan total penjualan 2025 akan menyentuh 750.000-900.000 unit, turun dibanding realisasi 2024 sebesar 865.723 unit.

Penurunan ini langsung berdampak pada kinerja perusahaan pembiayaan (multifinance), yang mayoritas portofolionya berasal dari kredit kendaraan. Dengan permintaan mobil yang melemah, permintaan pembiayaan pun ikut menyusut.

Pertumbuhan piutang multifinance melambat signifikan per Mei 2025. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan penyaluran pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan sebesar Rp 504,58 triliun pada bulan kelima tahun ini atau naik 2,83%.

Pertumbuhan piutang multifinance tersebut merupakan yang terendah sejak awal tahun. Padahal pada Mei tahun lalu, piutang multifinance masih dapat tumbuh dua digit atau 10,82%.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan piutang multifinance ditopang oleh pembiayaan modal kerja.

"Pembiyaaan modal kerja tumbuh 10,34% yoy," katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Juni 2025, Selasa (8/7/2025).

Seiring dengan melambat-nya pertumbuhan penyaluran pembiayaan, NPF gross multifinance naik 14 basis poin (bps) secara bulanan. Akan tetapi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, posisi NPF gross Mei tahun ini masih lebih baik.

Pada periode yang sama NPF net multifinance naik 6 bps secara bulanan dan 13 bps secara tahunan.

Banyak perusahaan multifinance kini mulai menerapkan penyaluran kredit yang lebih ketat guna menjaga kualitas aset, terutama di tengah risiko meningkatnya kredit macet.

Penyebab utama dari pelemahan sektor otomotif ini berasal dari kondisi ekonomi domestik yang lesu. Daya beli masyarakat menurun, tercermin dari turunnya indeks kepercayaan konsumen yang menyentuh level 117,5 pada Mei 2025, terendah sejak September 2022. Inflasi yang sangat rendah bahkan sempat mencatat deflasi, menjadi indikasi bahwa masyarakat menahan konsumsi.

Selain itu, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang masih bertahan tinggi di 5,50% turut membuat pembiayaan kendaraan semakin mahal, mendorong konsumen untuk menunda pembelian.

Tekanan eksternal seperti pelemahan rupiah, kenaikan harga impor suku cadang, dan ketidakpastian geopolitik global juga ikut memperparah situasi.

Sementara itu, peralihan minat konsumen ke kendaraan listrik (EV) turut menyebabkan permintaan terhadap mobil konvensional menurun.

Banyak konsumen memilih menunda pembelian, menunggu harga EV lebih terjangkau dan infrastruktur pendukungnya lebih matang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |