Pulau Gag Lokasi Tambang Raja Ampat, Masuk Geopark atau Tidak?

Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Pulau Gag di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya kini tengah jadi sorotan. Gara-garanya, aktivitas pertambangan nikel yang terjadi di sana.

Dalam beberapa hari terakhir, tagar #SaveRajaAmpat mengudara di lini masa. Masyarakat memprotes keberadaan tambang nikel di Raja Ampat yang dianggap bisa mencemari wilayah salah satu 'surga dunia' tersebut.

Pulau Gag sendiri terletak sekitar 42 kilometer (km) dari Pulau Piaynemo yang jadi magnet wisata di Raja Ampat. Pertanyannya, apakah Pulau Gag masuk dalam wilayah Geopark Raja Ampat?

Menukil laman resmi Geopark Raja Ampat, Pulau Gag tak termasuk dalam wilayah geopark.

Berdasarkan dokumen penilaian UNESCO, Pulau Gag memang tidak termasuk dalam batas resmi Geopark Raja Ampat. Geopark ini mencakup sebagian besar wilayah tengah Raja Ampat, termasuk pulau-pulau besar seperti Waigeo, Batanta, dan Salawati, serta beberapa kawasan konservasi laut dan darat di sekitarnya.

Sementara itu, Pulau Gag terletak lebih terpencil di sisi barat laut dan tidak berada dalam cakupan kawasan lindung tersebut.

Geopark Raja Ampat sendiri merupakan kawasan konservasi istimewa yang mencakup sebagian besar wilayah tengah kabupaten ini. Wilayah geopark tersebut meliputi gugusan pulau-pulau karst yang kaya nilai geologi, hayati, dan budaya.

Di dalamnya terdapat batuan tertua di dunia berusia 439-360 juta tahun dari zaman Silur-Devonian yang tersingkap di Misool. Seluruh bentang kawasan ini, layaknya buku sejarah alam, merekam hampir sepersepuluh usia bumi.

Namun, tidak masuknya Pulau Gag dalam zona resmi Geopark Raja Ampat tidak serta-merta menjadikan pulau ini bebas dikeruk sumber daya alamnya. Justru, di sini lah salah satu persoalan besar muncul, Pulau Gag berdiri di atas cadangan nikel kelas dunia.

Pulau Gag menjadi sorotan publik, telah dikeruk dan jadi salah satu pulau tambang nikel.

Pertanyaannya, layakkah Pulau Gag jadi lokasi tambang meski bukan kawasan geopark?

Menukil Green Left, meski bukan bagian Geopark, Pulau Gag tetap berada dalam kawasan ekologi Raja Ampat yang lebih luas, yang dikenal sebagai pusat megabiodiversitas laut dunia. Menurut studi ekspedisi UNESCO pada 2003, kawasan Raja Ampat menyimpan 64 persen spesies karang dunia dan lebih dari 1.000 spesies ikan baru.

Keanekaragaman ini menjadikan Raja Ampat sebagai 'jantung' biota laut global.

Menukil DBPedia, Pulau Gag sendiri adalah rumah bagi ekosistem laut dan darat yang masih sangat alami. Keindahan bawah laut, hamparan hutan tropis, serta potensi wisata budaya menjadi kekayaan yang tak tergantikan, kekayaan yang kini berada di ujung tanduk akibat eksploitasi tambang.

Tambang nikel terbuka di Pulau Gag menimbulkan kekhawatiran besar, baik dari sisi lingkungan maupun sosial. Jika proyek tambang terus bergulir, 75 persen daratan pulau bisa berubah menjadi lubang tambang terbuka, selama masa operasi yang diperkirakan mencapai 20 tahun.

(tis/asr)

[Gambas:Video CNN]