Puluhan 'Pintu Masuk' di Balik Membludaknya Mahasiswa RI di Al Azhar Kairo

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, Zubairi Abidin (19 tahun) dan belasan pelajar lainnya tampak khusyuk mendengar nasihat seorang dai asal Tangerang di aula Markaz Azhary Al Syarif di Jalan Swadaya, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (4/10/2025). Sang kiai  berpesan tentang beruntungnya pelajar yang bisa menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo. Dia pun menasihati agar para peserta pembekalan intensif untuk persiapan kuliah di salah satu universitas tertua di dunia itu menjaga adab selama belajar. “Harus disiplin, jaga adab sama ulama disana,”ujar kiai tersebut.

Zubairi menyerap nasihat sang kiai. Niatnya untuk berkuliah di Al Azhar memang tak terperi. Santri lulusan Pesantren Al Mannan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat tersebut ingin menjadi pionir dari pesantrennya untuk belajar di kampus yang berada 9000 kilometer dari Jakarta. “Dari pondok saya baru saya saja. Belum ada santri lain yang kuliah disana,”ujar dia saat berbincang dengan Republika. 

Zubairi meyakini Al Azhar merupakan kunci penggali akar ilmu keislaman yang selama ini dipelajarinya di pesantren. Terlebih, banyak ulama nusantara yang menjadi lulusan kampus yang lahir pada abad ke-10 Masehi tersebut. Tak hanya itu, banyak kitab rujukan yang dia pelajari selama di pesantren merupakan buah karya para syekh asal kampus negeri Maghribi. 

Berbekal rekomendasi dan biaya pendidikan yang ditanggung dari kakak iparnya, Zubairi terbang ke Jakarta untuk mengikuti pembekalan khusus di Markaz Azhary, sejak April 2025 lalu. “Saya pengen mencari akarnya ilmu,”ujar dia. 

Zubairi mendapatkan beragam materi untuk bisa lolos seleksi dan mampu mengikuti pendidikan di Al Azhar. Dia lembaga konsultan pendidikan itu, dia belajar bahasa Arab, fikih, syariat hingga Alquran. 

Untuk dapat lulus, Zubairi harus melewati setidaknya dua tes. Pertama, ujian penempatan level bahasa Arab yang disebut sebagai Tahdid Mustawa.  Tes yang digelar secara resmi dari  Markaz at-Tatwir Universitas Al Azhar ini diadakan untuk menyeleksi pelajar yang akan mengikuti ujian penyetaraan (muadalah). Jika berada di level 4-6, dia berhak mengikuti ujian. Bagi yang belum sampai level tersebut maka akan kembali mendapatkan pembinaan. 

Zubairi pun berhasil memenuhi syarat dalam penempatan tes bahasa Arab. Dia lantas mengikuti tes berikutnya, yakni seleksi muadalah. Seleksi ini digelar oleh Forum Konsultan Pendidikan Al Azhar Mesir Indonesia (Forkapmi). Dia dinyatakan lulus.  Saat ini, Zubairi masih menunggu visa pelajar diterbitkan oleh Kedutaan Mesir di Jakarta.”Jadwal berangkat insya Allah November,”ujar santri yang memilih masuk ke jurusan Syariah Islamiyah ini. 

Markaz Azhary merupakan salah satu lembaga konsultasi pendidikan yang menyediakan jasa pembinaan dan pemberangkatan pelajar untuk menjadi mahasiswa Al Azhar, Kairo. Lembaga yang lazim disebut sebagai mediator itu juga memfasilitasi seleksi muadalah alias penyetaraan bagi mereka yang berasal dari pesantren atau madrasah yang ijazahnya belum disetarakan. Seleksi dilaksanakan melalui Forkapmi.

Wawancara Ustadz Syahrul Fadil

Pimpinan Markaz Azhary, Ustadz Syahrul Fadil, mengatakan, setidaknya ada 60 orang yang akan berangkat ke Universitas Al Azhar pada tahun ini melalui lembaganya. Banyak diantaranya memilih ikut pembinaan selama sepuluh bulan di asrama untuk mendapatkan pelajaran intensif bahasa Arab. Alumni Al Azhar yang sudah 13 tahun berprofesi sebagai konsultan pendidikan ini mengatakan, pihaknya memfasilitasi dari pembinaan, seleksi, pemberkasan, pemberangkatan, hingga penempatan selama satu bulan saat mereka sudah berada di Kairo. 

Bagi mereka yang hendak mengikuti pembinaan hingga penempatan, dikenakan biaya berkisar hingga Rp 30 juta. Peserta bisa membayarnya secara bertahap. Bagi yang mengikuti paket pemberangkatan hingga penempatan, mereka akan dikenakan biaya lebih murah. “Kalau yang pemberangkatan, tiket, visa sampai homestay sebulan itu sekitar Rp 17 juta,”kata Syahrul.

Zubairi menjadi satu dari ribuan pelajar asal Indonesia yang merajut mimpi untuk kuliah di Universitas Al Azhar. Kementerian Agama (Kemenag) memprediksi, pada tahun ini, lebih dari tiga ribu orang yang lolos seleksi ke Universitas tersebut. Dari tahun ke tahun, jumlahnya terus bertambah mengingat kebijakan  Universitas Al Azhar yang tak membatasi jumlah mahasiswa baru.  Hingga kini, setidaknya ada belasan ribu mahasiswa Indonesia dari total 450 ribu mahasiswa yang berkuliah di Al Azhar. 

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |