RI Butuh Rp 81,4 Triliun Bangun Jaringan Listrik Pintar Sampai 2034

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) mengungkapkan kebutuhan investasi untuk membangun jaringan listrik pintar atau smart grid hingga 2034 mencapai US$ 5 miliar atau Rp 81,4 triliun. Hal ini tertuang di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034.

Direktur Utama PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa guna mempercepat transisi energi, maka dibutuhkan apa yang namanya smart grid. Pasalnya, proyek ini dirancang untuk mengatasi persoalan intermitensi pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) seperti solar dan angin.

"Kita ini smart grid menjadi bagian integrasi dari sistem planning RUPTL ini. Price tag sekitar US$ 5 billion untuk membangun smart grid. Baik itu smart power plant, smart transmission, smart control center, kemudian juga distribusi nanti," kata Darmawan dalam acara Diseminasi RUKN dan RUPTL PLN 2025-2034 di kantor Ditjen Gatrik, dikutip Kamis (5/6/2025).

Darmawan lantas mencontohkan pengalaman seperti yang terjadi di Vietnam yang sempat membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hingga 16 gigawatt (GW), namun yang bisa diserap hanya 8 gigawatt karena keterbatasan jaringan listrik yang tidak mampu menghadapi fluktuasi pembangkit PLTS.

"Will it happen to Indonesia? Will not happen in Indonesia. Kita ini smart grid menjadi bagian integrasi dari sistem planning RUPTL ini. Price tag sekitar US$ 5 billion untuk membangun smart grid. Baik itu smart power plant, smart transmission, smart control center," katanya.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan bahan paparan Kementerian ESDM, dari total rencana penambahan sebesar 69,5 gigawatt (GW), sekitar 42,6 GW akan berasal dari pembangkit EBT, 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi (storage), sedangkan 16,6 GW dari pembangkit berbasis energi fosil.

Adapun rinciannya untuk kapasitas pembangkit EBT adalah sebagai berikut Surya: 17,1 GW, Air: 11,7 GW, Angin: 7,2 GW, Panas bumi: 5,2 GW, Bioenergi: 0,9 GW, Nuklir: 0,5 GW.

Sementara itu, untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW. Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: PLN Startup Day 2025, Sinergi & Inovasi di Era Transisi Energi

Next Article Video: Begini Cara Mendapatkan Diskon 50% Tarif Listrik PLN

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |