Riset: 50% Orang Tua Ogah Terbang Khawatir Mengganggu Tidur Bayi

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak orang tua memilih menunda bepergian dengan pesawat ketika memiliki bayi. Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh merek perlengkapan bayi Love To Dream mengungkap, 50% orang tua mengaku menghindari terbang karena khawatir tidur bayi mereka terganggu di pesawat.

Hasil riset tersebut menunjukkan betapa besar kecemasan orang tua saat membawa anak ke dalam penerbangan. Dari mereka yang sudah pernah terbang dengan anak, hanya 8% yang mengatakan tidur anak bukan masalah.

Sementara itu, lebih dari setengah responden menyebut tidur anak di pesawat "biasanya" atau "sangat menantang." Banyak orang tua khawatir bukan hanya soal rutinitas tidur bayi yang berantakan, tetapi juga risiko mengganggu penumpang lain jika si kecil menangis keras akibat lelah atau tidak nyaman.

Selain kondisi pesawat yang bising, terang, dan sempit, orang tua juga menghadapi tekanan sosial. Tak jarang mereka merasa dinilai ketika anak menangis di kabin.

Fenomena orang tua yang menyiapkan "goodie bag" berisi permen atau earplug untuk penumpang lain sebagai permintaan maaf atas kemungkinan bayi rewel adalah contoh nyata beban tambahan yang sebetulnya tidak perlu.

"Suara bayi yang menangis kerap dianggap gangguan, padahal mereka juga berhak berada di ruang publik," tulis laporan tersebut dikutip dari Parents di Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Meski begitu, para pakar menekankan, bayi pada dasarnya cukup adaptif. Setelah kembali ke rumah, anak biasanya bisa kembali ke pola tidur normal dalam satu atau dua hari, bahkan setelah menempuh perjalanan jauh dengan perbedaan waktu. Kuncinya, orang tua tetap konsisten menjaga rutinitas tidur yang sudah dibangun sejak awal.

Survey juga menyoroti pentingnya masyarakat lebih toleran terhadap anak di ruang publik, termasuk di pesawat. "Anda boleh memilih hidup tanpa anak di ranah pribadi, tetapi tidak di ruang publik," ungkap pandangan yang banyak dipegang orang tua.

Menurut para ahli, stigma bahwa anak adalah "gangguan" justru membuat orang tua, khususnya ibu, semakin terisolasi. Padahal, setiap penumpang berhak menggunakan transportasi umum, termasuk keluarga dengan bayi.

Orang tua dinilai tidak perlu takut berlebihan. Rutinitas tidur bayi mungkin terganggu, tetapi akan pulih kembali. Jika si kecil menangis keras di pesawat, orang tua diingatkan untuk tidak merasa bersalah.

"Kamu dan bayimu sama-sama berhak berada di pesawat itu, sama seperti orang lain," tegas laporan tersebut.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |