Jakarta, CNBC Indonesia - Sanksi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah memberikan hantaman keras bagi industri karpet di Negeri Persia. Hal ini disebabkan hilangnya pasar-pasar bagi karpet buatan Iran.
Mengutip AFP, dengan pendapatan ekspor lebih dari US$ 2 miliar (Rp 33 triliun) di masa jayanya pada awal 1990-an, industri ini sekarang berjuang untuk mengumpulkan sekitar US$ 40 juta (Rp 667 miliar). Hal ini menandai keruntuhan dramatis lebih dari 95%.
"Pada tahun-tahun ketika sanksi AS yang tidak baik dan kejam terhadap sektor karpet tenunan tangan diberlakukan... kami kehilangan AS, pembeli lebih dari 70% karpet tenunan tangan Iran," kata Zahra Kamani, kepala Pusat Karpet Nasional Iran, kepada TV pemerintah, dikutip Rabu (24/5/2025)
Pada 2017, tepat sebelum sanksi dihidupkan kembali, karpet masih dianggap sebagai salah satu ekspor non-migas utama negara itu, dengan pendapatan lebih dari US$ 400 juta (Rp 6,6 triliun). Namun organisasi bea cukai Iran mengatakan bahwa selama tahun kalender Persia terakhir yang berakhir pada bulan Maret, ekspor hanya mencapai US$ 41,7 juta (Rp 695 miliar).
Ekspor tahun itu dikirim ke 55 negara, dipuncaki oleh Jerman, Uni Emirat Arab, Jepang, dan China. Sementara itu, pesaing seperti India, China, Nepal, dan Pakistan telah merebut kesempatan, berusaha mengisi kekosongan di pasar global.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Trump Resmi Cabut Semua Sanksi Terhadap Suriah