Jakarta, CNBC Indonesia - Internet Iran hampir mati total pada Selasa (17/2/2025) waktu setempat. Hal ini terjadi saat serangan bertubi-tubi dilancarkan Israel ke negara tersebut pa.
Laporan perusahaan pelacak konektivitas internet global, Kentik dan Netblocks menyebutkan konektivitas internet negara itu anjlok sekitar pukul 17:30 waktu setempat. Masyarakat kesulitan mengakses informasi melalui dunia maya.
NBC melaporkan pembatasan tersebut terjadi karena keputusan pemerintah Iran. Dampaknya juga dirasakan pada layanan VPN untuk mengakses situs asing, dikutip Kamis (19/6/2025).
Data dari perusahaan layanan internet Cloudfare melaporkan dua penyedia jaringan seluler utama negara itu sudah terputus per Selasa lalu.
Kebijakan ini juga membuat banyak kalangan meminta Starlink, layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk untuk bisa menyediakan akses internet. Musk menanggapi permintaan tersebut dengan mengatakan arahnya sudah benar.
Namun Iran telah melarang terminal internet Starlink. Kantor berita negara itu juga mengingatkan penggunaan layanan bisa membantu mengarahkan serangan Israel.
Sebelumnya, Iran diketahui melakukan hal serupa saat adanya kerusuhan sipil. termasuk pada 2019 saat para pengunjuk rasa demo di seluruh negeri dan tindakan keras pada warga sipil, pemerintah memadamkan internet secara keseluruhan.
Sejumlah aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, Apple App Store dan Google Play Store juga telah diblokir di negara tersebut. Terbaru otoritas setempat meminta masyarakat untuk menghapus aplikasi WhatsApp karena dugaan pemberian informasi kepada Israel.
Meski sudah diblokir, masyarakat Iran masih menggunakannya dengan proksi atau jaringan VPN. WhatsApp membantah tudungan tersebut dan mengatakan aplikasinya menggunakan enkripsi dari ujung ke ujung agar tidak ada orang lain termasuk pihak perusahaan mengintip isi percakapan pengguna.
"Kami tidak melacak lokasi pasti Anda, kami tidak menyimpan catatan soal siapa saja yang mengirim pesan dan tidak melacak pesan pribadi yang dikirim orang satu sama lain," kata WhatsApp dikutip dari Arabnews, Kamis (19/6/2025).
"Kami tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah manapun," WhatsApp menegaskan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Komdigi: Internet dan TV Mati Total 24 Jam Saat Nyepi di Bali