Jakarta, CNBC Indonesia - Musim laporan keuangan berbagai emiten untuk kinerja sepanjang paruh pertama 2025 akan segera tiba. Biasanya, big bank akan menjadi pembuka musim ini.
Namun, kali ini pelaku pasar tampaknya harus bersabar, karena kinerja bank besar Tanah Air tampaknya tak akan semoncer tahun lalu.
Hal ini karena sejumlah tekanan yang dihadapi dari awal tahun seperti efek suku bunga tinggi, ketidakjelasan tarif Trump, ketegangan geopolitik, arus keluar dana asing, sampai pelemahan daya beli, membuat prospek ekonom melamat tahun ini.
Dari sederet hal itu, bank pun kena dampaknya di mana penyaluran kredit melambat, bahkan sempat data per Mei 2025 hanya tumbuh 8,43% secara tahunan (yoy), menyentuh level terpuruk sejak Juni 2023
Berikut kami kumpulkan kinerja bank besar pelat merah sampai periode Mei 2025 :
Bank Mandiri (BMRI)
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat laba bersih sebesar Rp19,65 triliun hingga Mei 2025, tumbuh tipis hanya 0,13% YoY dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp19,63 triliun. Pendapatan bunga bersih naik 4,2% YoY menjadi Rp31,7 triliun, sedangkan pendapatan berbasis komisi tumbuh signifikan 13,21% YoY menjadi Rp7,53 triliun.
Kredit yang disalurkan Mandiri mencapai Rp1.309,68 triliun, meningkat 13,63% YoY. Total aset naik menjadi Rp1.922,57 triliun, tumbuh 9,86% YoY. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp1.406,84 triliun, naik 8,54% YoY. Dana murah (CASA) tumbuh 5,58% menjadi Rp1.092,33 triliun, mewakili 77,64% dari total DPK, sedangkan deposito meningkat 20,28% YoY ke Rp314,5 triliun.
Bank BRI (BBRI)
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melaporkan laba bersih sebesar Rp18,65 triliun per Mei 2025, turun cukup dalam 14,87% YoY dibandingkan posisi tahun lalu di Rp21,9 triliun. Pendapatan bunga bersih BRI turun tipis 0,79% menjadi Rp45,48 triliun, dan beban pencadangan turun ringan 0,89% menjadi Rp17,73 triliun.
Namun demikian, penyaluran kredit tetap tumbuh 5,01% YoY, menjadi Rp1.262,72 triliun. Total aset mencapai Rp1.893,38 triliun, naik 3,14% YoY. Di sisi simpanan, DPK tercatat menurun 5,44% YoY ke Rp1.323,87 triliun. Dana murah (CASA) juga menyusut 5,19% ke Rp825,78 triliun, dengan rasio CASA menjadi 62,38% dari total DPK.
Bank BNI (BBNI)
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan laba bersih sebesar Rp8,45 triliun sampai Mei 2025, terkoreksi 1,34% YoY dari Rp8,57 triliun. Pendapatan bunga bersih tercatat naik 2,96% YoY menjadi Rp15,74 triliun, meski beban impairment juga naik 1,6% menjadi Rp2,85 triliun.
Penyaluran kredit BNI tumbuh 6,57% YoY menjadi Rp755,45 triliun, sementara aset naik 4,99% YoY ke Rp1.091,45 triliun. DPK tercatat tumbuh terbatas 1,34% YoY ke Rp799,02 triliun, dan CASA naik 2,5% menjadi Rp573,06 triliun, dengan komposisi CASA di level 71,72% dari total DPK.
Secara keseluruhan laba bank BUMN mengalami kontraksi, hanya BMRI yang tumbuh tipis dan masih mencatatkan penyaluran kredit paling ekspansif. Hanya tersisa kinerja satu bulan lagi untuk memenuhi kinerja paruh pertama tahun ini.
Meskipun ada potensi kontraksi, tetapi kami menilai perbankan akan ada pemulihan pada paruh kedua 2025. Hal ini mengingat Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga tiga kali dan harapannya ini secara bertahap akan memberikan penurunan beban yang bisa mendongkrak laba bank ke depannya, sekaligus memacu likuiditas di pasar supaya pertumbuhan ekonomi terakselerasi positif.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)