CNBC Indonesia, Jakarta - Penurunan penjualan mobil nasional yang terpantau masih lesu hingga kuartal III-2025 menjadi tantangan nyata bagi pelaku industri otomotif. Bahkan membuat pabrikan mulai bersiap merevisi target yang dibidik mencapai penjualan total 850.000 unit sampai akhir 2025 nanti.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, secara kumulatif, penjualan mobil baru sepanjang Januari hingga September 2025 mencapai 561.819 unit. Angka ini turun 11,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang membukukan 633.660 unit.
Penurunan juga terjadi pada penjualan ritel. Hingga kuartal ketiga 2025, penjualan dari diler ke konsumen mencapai 585.917 unit, atau turun 10,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka 657.448 unit. Kondisi ini menandakan bahwa daya beli masyarakat, terutama segmen yang menjadi andalan pasar mobil murah, tengah tertekan.
Di tengah situasi seperti itu, Toyota ternyata tidak menunggu keadaan memburuk. Menyambut momentum libur Natal dan Tahun Baru, Toyota bergerak lebih agresif dengan merangkul seluruh elemen rantai industri untuk menahan pelemahan pasar.
"Ini menjadi tanggung jawab kita bersama seluruh bagian dari industri otomotif nasional untuk menumbuhkan pasar ya. Apalagi menuju momen penting liburan Nataru (Natal dan Tahun Baru) yang bisa menjadi stimulus utama pertumbuhan market menuju akhir tahun," ujar Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Jap Ernando Demily kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/10/2025).
Pabrikan coba memperkuat manufaktur, dealer, dan value chain, sehingga strateginya pun tak terpaku pada diskon semata. Meski begitu, keberhasilan strategi ini tetap akan bergantung pada variabel eksternal, seperti kondisi ekonomi makro, suku bunga kredit, serta kepercayaan konsumen
"Toyota sendiri terus berkoordinasi erat dengan manufaktur, dealer, dan value chain untuk menghadirkan tidak hanya kendaraan yang terjangkau tetapi paket solusi mobilitas yang lengkap ya," kata Ernando.
Menurut Ernando, cara yang ditawarkan akan sangat fleksibel, disesuaikan kebutuhan lokal di tiap daerah.
"Bentuknya pun bisa beragam ya baik itu penyesuaian tenor cicilan lebih panjang, DP rendah, trade-in, cash back, dan masih banyak lagi menyesuaikan preferensi dan kebutuhan customer di tiap daerahnya," jelas Ernando.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Mobil Lesu, Bos Pabrikan Ungkap Kapan Tren Berakhir