Suku Bunga Turun, Pefindo Nilai Prospek Surat Utang 2026 Kian Cerah

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai prospek penerbitan surat utang korporasi akan semakin positif pada 2026 seiring penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan kuatnya kebutuhan pembiayaan korporasi. Hingga kuartal III 2025, nilai penerbitan surat utang korporasi tercatat melonjak 68,65 persen menjadi Rp160,1 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu.

“Kalau suku bunga rendah, ini akan lebih favorable bagi penerbitan surat utang korporasi di tahun 2026 mendatang,” ujar Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, dalam Taklimat Media Pefindo yang digelar secara daring dikutip Ahad (19/10/2025).

Ia menjelaskan, BI masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan sedikitnya satu kali lagi pada kuartal IV 2025, sejalan dengan peluang The Fed menurunkan suku bunga dua kali hingga akhir tahun. “Kami melihat Bank Indonesia masih punya ruang juga untuk menurunkan suku bunga, tinggal nanti melihat inflasi dan nilai tukar,” ucapnya.

Menurut Suhindarto, tren penurunan suku bunga sekitar 125 basis poin tahun ini telah mendorong perusahaan melakukan refinancing dengan tenor lebih panjang. “Sudah banyak perusahaan yang menerbitkan surat utangnya dengan tenor yang lebih panjang karena suku bunganya relatif lebih murah,” kata dia.

Pefindo mencatat, sektor perbankan, multifinance, dan pulp-kertas menjadi tiga kontributor terbesar penerbitan surat utang hingga September 2025. Nilai penerbitan dari ketiga sektor tersebut mencapai lebih dari Rp86 triliun dari total Rp160,1 triliun surat utang korporasi.

Tambahan likuiditas sebesar Rp200 triliun dari pemerintah juga dinilai berpotensi memperkuat penyaluran kredit ke korporasi. “Dari sisi perbankan memang akan ada dorongan untuk menyalurkan kepada korporasi, ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” ujar Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo, Danan Dito.

Meski demikian, Dito menilai pergeseran dari pasar modal ke pinjaman bank akan bergantung pada strategi struktur utang masing-masing korporasi. “Kalau dari sisi korporasi meminjam ke bank, tenornya lebih pendek, biasanya satu sampai tiga tahun,” jelasnya.

Pefindo memperkirakan kebutuhan refinancing masih tinggi hingga akhir tahun. Sekitar Rp44,57 triliun surat utang korporasi akan jatuh tempo pada kuartal IV 2025, atau 27,6 persen dari total surat utang senilai Rp161,22 triliun.

Selain itu, penurunan yield benchmark seiring kebijakan moneter longgar dinilai dapat menekan biaya kupon penerbitan. “Suku bunga lebih rendah diharapkan memperbaiki leverage keuangan, membuat premi yang diminta investor tidak setinggi tiga tahun terakhir,” kata Suhindarto.

Pefindo juga mencatat dominasi pangsa pasar pemeringkatan masih kuat. Sepanjang Januari–September 2025, lembaga ini menguasai 83,17 persen nilai surat utang yang diterbitkan di pasar domestik.

Dengan ruang penurunan suku bunga dan stabilitas nilai tukar, optimisme pasar surat utang korporasi diperkirakan berlanjut hingga tahun depan. “Kondisi ini akan menjadi faktor yang lebih baik bagi pembiayaan jangka panjang melalui pasar modal,” ujar Suhindarto.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |