Tertekan Saham Konglo, IHSG Tiba-Tiba Balik Arah ke Zona Merah

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba ditutup di zona merah usai sempat melesat pada perdagangan sesi pertama hari ini Jumat (24/10/2025) dan mencatatkan rekor harga tertinggi (all time high/ATH) baru pada perdagangan intraday.

Adapun pada perdagangan hari ini, IHSG sempat bertengger di posisi tertinggi di 8.351,06 dan membukukan rekor ATH intraday sebelum berbalik arah pada penutupan perdagangan melemah 0,03% atau turun 2,63 poin ke 8.271,72.

Sebelumnya, rekor tertinggi IHSG pada perdagangan intraday adalah 8.292,89 yang disentuh pada perdagangan kemarin.

Mayoritas sektor perdagangan tercatat menguat dengan kenaikan tertinggi dicatatkan oleh sektor properti, kesehatan dan utilitas. Sementara sektor konsumer non primer, barang baku dan teknologi membukukan koreksi paling dalam.

Saham-saham konglomerat tercatat menjadi pemberat IHSG hari ini, dengan saham blue chip menjadi motor utama pergerakan indeks.

Sebanyak 295 saham tercatat mengalami kenaikan, 371 terkoreksi dan 143 lainnya stagnan. Adapun total transaksi tercatat relatif ramai atau mencapai 22,46 triliun yang melibatkan 28,84 miliar saham dalam 2,36 juta kali transaksi.

Dua emiten penggerak utama kinerja IHSG hari ini adalah Astra International (ASII) dan Bank Mandiri (BMRI).

Sementara itu jajaran emiten konglomerat yang tercatat menjadi pemberat kinerja IHSG termasuk Barito Pacific (BRPT), DCI Indonesia (DCII), Bumi Resources Mineral (BRMS), EMTK dan AMMN.

Pelemahan IHSG hari ini merupakan koreksi teknis usai membukukan reli panjang beberapa waktu terakhir karena kembalinya asing masuk ke pasar, utamanya ke saham-saham blue chip.

Shifting Saham Konglo ke Blue Chip

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.

"Kalau untuk saat ini memang sudah terjadi shifting dari saham-saham konglomerat ke saham-saham blue chip," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/10).

Menurutnya, performa positif pada IHSG diperkirakan berlangsung pada bulan ini, Oktober 2025 hingga Februari 2026 berdasarkan rata-rata 10 tahun terakhir.

"Sehingga peluang window dressing pada penghujung 2025 maupun January effect pada 2026 terbuka lebar," ucapnya.

Sementara Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, angin segar sejumlah sentimen berhasil membawa IHSG ke puncak tertingginya. Hal ini terlepas dari kebenaran investor yang kembali dipelukan saham blue chip atau tidak.

"Susah diperkirakan apakah investor bakal balik kembali ke saham konglomerat atau tidak, karna saham- saham tersebut cenderung spekulatif. Namun sentimen umum memang sangat positif oleh perkembangan akhir-akhir ini," ungkapnya.

Lukman memaparkan, sentimen positif datang dari kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuannya. Selain itu, adanya stimulus pemerintah yang dapat berdampak pada saham konsumen goods seperti Unilever.

"Jadi kenaikan tinggi saham Unilever menurut saya wajar saja, menginagt laporan keuangan yang sangat kuat," ucapnya.

Di sisi lain, ada juga datang dari sentimen eksternal yang ditanggapi oleh para investor sebagai hal yang positif. Para investor berharap pada pertemuan Xi dan Trump minggu depan.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article IHSG OTW Happy Long Weekend Digendong Saham BMRI-TLKM

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |