Tim Dosen ITB Bangun Elektrifikasi Energi Bersih di Daerah Tertinggal

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Akses terhadap energi listrik dan air bersih yang memadai masih menjadi tantangan besar bagi wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia. Melihat kondisi ini, tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan solusi elektrifikasi berbasis energi bersih di Desa Kabetan, Kecamatan Ogodeide, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.

“Kami menginisiasi program elektrifikasi energi bersih ini mengingat Desa Kabetan merupakan pulau terpencil yang hanya bisa diakses perahu sejauh 20 kilometer dari Kota Tolitoli,” ujar Dr. Sri Raharno, Ketua Program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan melalui skema Penugasan Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB Tahun 2025, dalam keterangan resminya, akhir pekan ini.

Raharno mengatakan, selama bertahun-tahun sekitar 1.039 jiwa penduduk desa yang tersebar di tiga dusun (Labuan Soppe, Butun, dan Bumbung) hidup dengan keterbatasan energi. Listrik hanya tersedia dari genset yang beroperasi pukul 18.00 hingga 23.00 WITA. “Hal ini mengakibatkan pompa air hanya berfungsi sebentar dan jalanan desa gelap gulita,” kata Raharno.

Bersama dengan kolega di ITB Indria Herman, Ph.D. dan mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Muhammad Taufiq Yasirii, kata dia, tim ITB menerapkan teknologi tepat guna berupa pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Energi terbarukan ini, kata dia, difokuskan untuk mengoperasikan pompa air agar distribusi air bersih dapat berlangsung selama 24 jam penuh. Selain itu, tim juga memasang lampu penerangan jalan tenaga surya di sepuluh titik strategis untuk meningkatkan keamanan warga pada malam hari. “Hal ini memberikan perubahan signifikan dari kondisi sebelumnya,” katanya.

Berkaca dari pelaksanaan program elektrifikasi energi bersih ini, Raharno berharap kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat terus diperkuat. Agar, model ini dapat direplikasi, menjamin pemerataan akses energi dan pembangunan yang inklusif di seluruh Indonesia.

Tidak hanya infrastruktur dasar, kata diam tim ITB juga menaruh perhatian pada sektor pendidikan. Mereka menyediakan genset inverter hemat bahan bakar untuk PAUD, SD, dan SMP. Langkah ini menjadi solusi transisi agar anak-anak sekolah dapat belajar menggunakan peralatan berbasis listrik pada siang hari, yang sebelumnya tidak memungkinkan.

Kepala Desa Kabetan, Ruslan Abdul Wahab, mengapresiasi kiprah akademisi ITB yang membawa dampak nyata bagi warganya. “Sekarang anak-anak bisa belajar dengan dukungan peralatan berbasis listrik, sebagian lokasi desa menjadi terang pada malam hari, dan kami tidak lagi khawatir soal air bersih," katanya.

Ruslan menjelaskan, dampak nyata dari program ini segera dirasakan oleh masyarakat. Air bersih kini tersedia sepanjang hari, lingkungan menjadi lebih terang dan aman pada malam hari, serta kualitas pembelajaran meningkat karena sekolah dapat menggunakan peralatan berbasis listrik untuk menunjang capaian pembelajaran.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |