Unik, Ini 11 Tradisi Iduladha di Indonesia yang Terus Dilestarikan

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi umat Muslim di Indonesia yang tidak menjalankan ibadah haji, Hari Raya Iduladha tetap menjadi momen yang sangat dinantikan. Selain sebagai perayaan keagamaan, Iduladha juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi dan kepedulian terhadap sesama.

Identik dengan penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing, atau domba, perayaan Iduladha di berbagai daerah di Indonesia ternyata juga diwarnai oleh beragam tradisi unik yang terus dijaga turun-temurun.

Tradisi-tradisi ini bukan hanya sebagai ungkapan rasa syukur, tetapi juga menjadi wadah memperkuat kebersamaan dan semangat gotong royong masyarakat.

Berikut daftar tradisi unik Iduladha di berbagai daerah di Tanah Air:

1. Meugang (Aceh)
Tradisi Meugang berasal dari kata Makmeugang, telah dilakukan masyarakat Aceh selama ratusan tahun menjelang hari-hari besar Islam. Masyarakat biasanya berkumpul untuk menikmati hidangan berbahan dasar daging sapi atau kerbau bersama keluarga.

Sejarahnya berakar dari masa Kesultanan Aceh, saat daging dibagikan kepada rakyat sebagai wujud syukur atas kemakmuran. Hingga kini, tradisi ini terus dilestarikan masyarakat Aceh sebagai bentuk perayaan dan syukur menyambut hari-hari suci umat Islam.

2. Apitan (Semarang)
Di Semarang, tradisi Apitan digelar saat Idul Adha sebagai wujud rasa syukur atas rezeki, khususnya hasil bumi. Tradisi Apitan dipercaya berasal dari kebiasaan para Wali Songo sebagai bentuk syukur saat Idul Adha.

Tradisi ini diwarnai dengan arak-arakan hasil pertanian dan ternak yang kemudian diperebutkan warga. Selain itu, ada juga hiburan lokal yang menambah semarak perayaan.

3. Grebeg Gunungan (Yogyakarta)
Di Yogyakarta, perayaan Idul Adha diramaikan dengan Grebeg Gunungan. Tiga gunungan yang terdiri dari hasil bumi diarak dari Keraton menuju Masjid Gede Kauman. Masyarakat percaya membawa pulang bagian dari gunungan dapat mendatangkan berkah.

Tradisi ini diadakan pada setiap hari besar agama Islam. Grebeg Syawal diadakan saat Idul Fitri, sementara Grebeg Gunungan diselenggarakan pada perayaan Idul Adha.

4. Manten Sapi (Pasuruan)
Tradisi ini merupakan penghormatan kepada hewan kurban. Sapi yang akan disembelih dihias layaknya pengantin, lengkap dengan kain kafan, bunga, dan sajadah.

Kain kafan melambangkan kesucian dari orang yang berkurban. Setelah dihias, sapi-sapi tersebut diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban.

Yang membuat tradisi ini semakin berkesan adalah daging sapi kurban yang kemudian diolah dan dinikmati bersama, menciptakan rasa kebersamaan yang sangat mendalam.

5. Gamelan Sekaten (Cirebon)
Di Cirebon, alunan gamelan Sekaten menjadi penanda perayaan hari besar Islam, termasuk Idul Adha. Tradisi ini dipercaya sebagai bagian dari dakwah Sunan Gunung Jati dan digelar di area Keraton Kasepuhan.

6. Mepe Kasur (Banyuwangi)
Suku Osing di Banyuwangi memiliki tradisi Mepe Kasur atau menjemur kasur jelang Idul Adha. Kasur bercorak merah dan hitam ini dijemur di halaman rumah sebagai simbol penolak bala dan harapan keharmonisan rumah tangga.

7. Accera Kalompoang (Gowa, Sulawesi Selatan)
Tradisi sakral ini dilakukan selama dua hari, dimulai sehari sebelum Idul Adha. Dalam upacara ini, benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa dibersihkan sebagai simbol penyucian dan penghormatan. Keunikan dari kasur-kasur ini adalah warnanya yang khas, yaitu hitam dan merah. Hitam melambangkan kekekalan, sedangkan merah melambangkan keberanian.

8. Toron & Nyalase (Madura)
Di Madura, perantau akan pulang kampung (toron) saat Idul Adha. Penduduk Madura yang bekerja atau tinggal di luar daerah akan kembali ke kampung halaman mereka. Sebuah kegiatan yang dalam bahasa Madura disebut sebagai "toron."

Setelah salat Id, mereka melakukan nyalase atau ziarah ke makam leluhur untuk mendoakan arwah keluarga. Tradisi ini memperlihatkan kuatnya ikatan kekeluargaan dan penghormatan terhadap leluhur dalam budaya masyarakat Madura.

9. Ngejot (Bali)
Warga Muslim di Bali merayakan Idul Adha dengan tradisi Ngejot, yaitu berbagi makanan kepada tetangga non-Muslim sebagai wujud rasa syukur dan toleransi antarumat beragama.

10. Kaul Negeri & Abda'u (Maluku Tengah)
Di Negeri Tulehu, Maluku Tengah, pemuka adat dan agama membawa kambing keliling desa sambil bertakbir. Tradisi ini dipercaya dapat mengusir bencana dan membawa berkah bagi masyarakat.

11. Gamelan Sekaten (Surakarta)
Di Surakarta, gamelan Sekaten juga menjadi bagian dari perayaan Idul Adha. Musik gamelan dimainkan usai salat Idul Adha dan terbuka untuk umum. Penonton biasanya menikmati pertunjukan sambil mengunyah kinang yang dipercaya membawa panjang umur.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |