10 Mata Uang Asia Paling Perkasa di 2025: Adu Kuat Israel vs Malaysia

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah mata uang Asia berhasil mencatatkan performa gemilang terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2025.

Penguatan ini terjadi di tengah kondisi global yang diliputi ketidakpastian, terutama akibat kebijakan proteksionis Washington yang kembali mengemuka. Presiden AS Donald Trump pada awal April 2025 mengumumkan rencana penerapan tarif impor hingga 100% terhadap sejumlah negara mitra dagang utama. Kebijakan tersebut memicu ketegangan perdagangan global, meningkatkan volatilitas pasar, dan mendorong pergerakan tajam pada berbagai mata uang di kawasan.

Meski demikian, di tengah turbulensi tersebut, beberapa mata uang Asia justru menunjukkan ketahanan yang luar biasa terhadap dolar AS. Berikut daftar 10 besar mata uang Asia dengan performa terbaik sepanjang 2025:

Di posisi teratas, somoni Tajikistan menjadi mata uang dengan performa terbaik di Asia setelah mencatatkan penguatan mencapai 15,67% terhadap dolar AS sepanjang 2025.

Mata uang ini dibuka di awal tahun pada level TJS 10,85/US$, dan ditutup menguat di posisi TJS 9,15/US$ pada Jumat (10/10/2025).

Kinerja somoni yang impresif ditopang oleh stabilnya kebijakan moneter nasional serta meningkatnya aliran remitansi dari pekerja Tajikistan di Rusia, yang memperkuat cadangan devisa negara tersebut dan menjaga kestabilan nilai tukar di tengah tekanan global.

Sementara itu, di posisi kedua, shekel Israel mencatatkan penguatan sebesar 9,63% sepanjang tahun, meski negara tersebut masih berada dalam situasi perang di Gaza. Penguatan ini terjadi bahkan ketika gencatan senjata baru saja diumumkan, menandakan ketahanan ekonomi Israel yang tetap solid di tengah ketegangan geopolitik.

Dolar Taiwan Menempati Urutan ke-3 sebagai Mata Uang Terkuat di Asia

Dolar Taiwan (TWD) dibuka di awal tahun pada level TWD 32,799/US$, dan terus menguat hingga penutupan perdagangan Jumat (10/10/2025) di posisi TWD 30,679/US$. Dengan demikian, TWD tercatat terapresiasi 6,48% (YTD) terhadap dolar AS, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik ketiga di kawasan Asia.

Salah satu faktor utama di balik penguatan dolar Taiwan adalah kuatnya permintaan global terhadap chip dan teknologi buatan Taiwan, terutama di tengah lonjakan kebutuhan semikonduktor untuk kecerdasan buatan (AI), kendaraan listrik, dan perangkat elektronik canggih. Sebagai pusat industri chip dunia, Taiwan berhasil menarik arus modal asing yang signifikan ke sektor teknologi, termasuk ke perusahaan raksasa seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).

Permintaan ekspor yang tinggi menciptakan surplus perdagangan besar dan meningkatkan aliran devisa, memperkuat nilai tukarnya terhadap dolar AS.

Selain itu, pelemahan dolar AS secara global turut menjadi katalis tambahan bagi TWD. Kombinasi antara fundamental ekspor yang kuat, stabilitas ekonomi domestik, serta membaiknya hubungan dagang antara AS dan China membuat dolar Taiwan diperkirakan masih akan mempertahankan momentumnya hingga akhir 2025.

Ringgit Malaysia Masuk Daftar Mata Uang Terkuat Asia

Ringgit Malaysia juga tampil mengesankan dengan penguatan 5,51% (YTD) terhadap dolar AS. Sejak dibuka di awal tahun pada level MYR 4,468/US$, ringgit menguat hingga MYR 4,222/US$ pada penutupan perdagangan Jumat (10/10/2025).

Kementerian Keuangan Malaysia dalam laporan Economic Outlook 2026 menyebutkan, apresiasi ringgit didorong oleh pelemahan dolar AS akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan Washington serta kekhawatiran terhadap keberlanjutan fiskal jangka panjang AS.

Selain faktor eksternal, kekuatan domestik turut menopang ringgit. Reformasi struktural, kebijakan fiskal yang berkelanjutan, serta hubungan dagang yang erat dengan China sebagai mitra dagang terbesar Malaysia menjadikan fondasi utama penguatan mata uang ringgit tersebut. Prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kinerja ekspor yang solid menjaga daya tarik ringgit di mata investor hingga akhir tahun.

Rupiah Masih Tertekan 

Namun sayangnya, di tengah penguatan beberapa mata uang Asia termasuk mata uang negara tetangga yakni ringgit Malaysia, rupiah justru mencatatkan pelemahan hingga 2,98% sepanjang tahun berjalan.

Di awal 2025, rupiah dibuka pada level Rp16.090/US$, namun hingga perdagangan terakhir Jumat (10/10/2025), rupiah ditutup melemah di posisi Rp16.545/US$.

Tekanan terhadap rupiah disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal, seperti penguatan dolar AS khususnya ketika Trump mengumumkan resiprokal tarif di April 2025 serta arus keluar modal asing dari pasar keuangan Tanah Air di sepanjang tahun, baik itu di pasar saham maupun obligasi. Selain itu, ketidakpastian global akibat kebijakan tarif AS dengan China terbaru turut memperlemah sentimen investor terhadap aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) terus menjaga stabilitas nilai tukar melalui kebijakan intervensi baik melalui pasar spot maupun Non-Delivered Forward (NDF) sehingga pelemahan rupiah masih relatif terkendali dibandingkan beberapa mata uang lain di kawasan Asia.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |