Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki kuartal terakhir 2025, pasar modal Indonesia menunjukkan geliat yang menarik.
Di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi domestik yang diproyeksikan tetap solid dan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang berfokus pada stabilitas, investor mulai memetakan kembali aset-aset potensial. Reksa dana saham, sebagai salah satu instrumen investasi paling populer, kembali menjadi sorotan.
Namun, pertanyaannya bukan lagi sekadar siapa yang memberikan imbal hasil tertinggi. Investor kini lebih cerdas, mencari kombinasi ideal antara kinerja cemerlang dan stabilitas manajer investasi (MI) dengan dana kelolaan (AUM) raksasa.
Tim riset CNBC Indonesia telah menganalisis daftar 10 reksa dana saham unggulan yang tidak hanya memberikan imbal hasil impresif sepanjang tahun berjalan (Year-to-Date/YTD), tetapi juga dikelola oleh MI dengan AUM korporat yang besar. Ini adalah potret dari para raksasa yang tetap lincah di lantai bursa.
Prospek Ekonomi RI Jadi Angin Segar
Kinerja positif reksa dana saham ini tidak lepas dari fundamental makroekonomi Indonesia yang kokoh. Pemerintah dan Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan PDB di kisaran 5% untuk tahun 2025, didorong oleh konsumsi domestik yang kuat dan kebijakan yang pro growth.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan dalam perbincangannya bahwa "Sekarang semuanya sudah kita set agar ekonomi bergerak lebih cepat. Konsumsi dan investasi akan naik karena bunga turun, dan multiplier effect untuk pertumbuhan akan semakin signifikan." ujarnya.
Kondisi inilah yang menjadi arena bermain bagi para manajer investasi. Kemampuan mereka dalam meracik portofolio yang sejalan dengan tren makroekonomi menjadi kunci utama untuk mencetak keuntungan.
Para Jawara: Agresif dan Tepat Sasaran
Di puncak performa, dua nama melesat jauh meninggalkan yang lain. HPAM Ultima Ekuitas 1 dari PT Henan Putihrai Asset Management membukukan imbal hasil spektakuler 22,34% YTD.
Menyusul di belakangnya, Ashmore Saham Dinamis Nusantara dari PT Ashmore Asset Management Indonesia mencetak return 20,14% YTD. Schroder juga termasuk ke dalam salah satu reksa dana saham terbaik yaitu Schoder Dana Istimewa dengan peningkatan sebesar 8,22%.
Kinerja moncer ini disinyalir datang dari kelihaian manajer investasi dalam menempatkan aset pada saham-saham siklikal dan growth stocks yang diuntungkan oleh pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat yang terjaga. Mereka membuktikan bahwa strategi yang agresif, jika dieksekusi dengan tepat, mampu menghasilkan keuntungan luar biasa.
Raksasa Pengelola Dana yang Tetap Lincah
Salah satu temuan menarik dari data ini adalah kemampuan MI besar untuk tetap gesit. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia MI dengan AUM Reksa Dana saham terbesar di Indonesia, berhasil menempatkan produk reksa dana sahamnya di jajaran atas yaitu Manulife Saham Andalan dengan return YTD sebesar 7,84% dan PT Bahana TCW Investment Management menempatkan produknya yaitu Bahana Stellar Equity Fund Kelas I dengan return 12,66%.
Hal ini menepis anggapan bahwa dana kelolaan jumbo membuat MI menjadi kaku. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa dengan sumber daya riset yang mendalam dan tim pengelola investasi yang solid, MI besar mampu mengidentifikasi peluang pasar sama baiknya-bahkan lebih baik-dengan gestur yang lebih stabil dan terpercaya di mata investor.
Begitu pula dengan Trimegah Bhakti Bangsa dari PT Trimegah Asset Management yang mencatatkan return 14,01% YTD. Ini membuktikan bahwa produk dari MI yang sudah mapan dan terpercaya tetap bisa menjadi mesin pencetak cuan yang andal.
Segmen Syariah Terus Tumbuh
Pasar modal syariah Indonesia, sebagai salah satu yang terbesar di dunia, juga menunjukkan kinerja yang tidak kalah menarik. Sucorinvest Sharia Equity Fund menunjukkan kekuatan dalam jangka menengah dengan return satu tahun mencapai 10,41%.
Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya literasi dan minat investor terhadap produk investasi yang sesuai dengan prinsip syariah, menjadikan segmen ini lahan subur bagi MI untuk terus berinovasi.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(gls/gls)