Jakarta, CNBC Indonesia- Harga emas dunia kembali melonjak tajam pada perdagangan Jumat (13/6/2025), memperpanjang reli bullish yang dipicu oleh kombinasi risiko geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Pada hari ini, Jumat (13/6/2025) pukul 13:10 WIB, harga emas di pasar spot naik hingga 1,20% ke US$3.425,43 per troy ons menembus resistensi psikologis setelah menyentuh US$3.400 sehari sebelumnya.
Jika level harga ini bertahan maka emas akan mengakhiri perdagangan di level US$ 3.400 untuk pertama kalinya sejak 6 Mei 2025 atau lebih dari sebulan.
Lonjakan ini memperkuat tren penguatan yang sudah terlihat sejak awal pekan. Pada Kamis (12/6), harga emas ditutup menguat 0,92% di US$3.384,05, dengan level tertinggi intraday menyentuh US$3.398,86.
Itu merupakan posisi tertinggi dalam lebih dari satu bulan, tepatnya sejak 6 Mei 2025. Dalam dua hari terakhir saja, emas telah menguat nyaris 2,2%.
Analis memproyeksikan bahwa jika momentum ini berlanjut, harga emas sangat mungkin menguji level resistensi berikutnya di US$3.431, bahkan menuju rekor tertinggi baru sepanjang masa.
"Jika emas mampu menembus US$3.400, maka hambatan teknikal berikutnya relatif ringan," ujar Peter Grant, Vice President di Zanier Metals, kepada Reuters.
Lonjakan emas siang ini juga dipicu oleh eskalasi ketegangan di Timur Tengah. Pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump yang memindahkan personel militer dari wilayah tersebut karena dianggap "terlalu berbahaya", disambut respons keras dari Iran. Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh menegaskan bahwa jika Iran diserang, maka pangkalan militer AS akan menjadi target balasan. Ketegangan ini kembali memantik permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas.
Selain itu, data inflasi AS terbaru juga mendukung ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter. Indeks harga produsen (PPI) untuk Mei hanya naik 0,1% (month-to-month), lebih rendah dari ekspektasi pasar 0,2%. Data ini memperkuat kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan The Fed mulai September 2025. CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas penurunan suku bunga pada September melonjak menjadi 80%.
Komentar Presiden Trump yang kembali menyindir Ketua The Fed Jerome Powell sebagai "numbskull" atau "bodoh" juga menambah tekanan pasar terhadap The Fed.
Trump bahkan menyebut bahwa pemangkasan suku bunga sebesar dua poin persentase akan menghemat AS hingga US$600 miliar per tahun. Tekanan politik ini semakin mendorong spekulasi bahwa The Fed akan beralih dari mode wait-and-see ke pelonggaran nyata dalam rapat mendatang.
CNBC Indonesia Research
[email protected]
(emb/emb)