Ada 9 Fenomena Langit di Oktober, Muncul Hujan Meteor-Supermoon

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Langit Oktober akan dipenuhi peristiwa astronomi yang epik. Mulai dari hujan meteor sampai penampakan supermoon.
Mengutip National Geographic setidaknya ada sembilan fenomena langit yang sayang jika dilewatkan pada Oktober tahun ini.

1. Pemandangan utama Galaksi Andromeda dan Ceres (2 Oktober 2025)
Galaksi Andromeda, yang juga dikenal sebagai Messier 31 (M31), akan mencapai titik tertingginya di langit malam pada 2 Oktober, sekitar tengah malam waktu setempat. Di bawah langit yang sangat gelap, galaksi ini dapat dilihat dengan mata telanjang.

Pada malam yang sama, planet katai Ceres, objek terbesar di Sabuk Asteroid,mencapai oposisi. Yakni ketika berada di seberang Matahari dari Bumi dan bersinar pada kecerahan puncaknya. Seperti Andromeda, Ceres juga akan mencapai puncaknya sekitar tengah malam, menjadikannya malam yang ideal untuk mencari kedua tetangga kosmik tersebut.

2. Bulan dan Saturnus bertemu (5 Oktober)
Pada malam 5 Oktober, saksikan pertemuan bulan purnama dan Saturnus di langit malam. Keduanya akan berjarak sekitar 3,33 derajat dan mencapai titik tertingginya sekitar tengah malam waktu setempat.

Cermati pergerakan Saturnus di langit malam dari hari ke hari, dan akan terlihat pergerakannya dari timur ke barat. Pergerakan retrograde ini, yang terjadi beberapa bulan setiap tahun karena orbit Bumi, akan berakhir pada 27 November.

3. Supermoon panen penuh (6 Oktober)
Bulan purnama Oktober terbit pada 6 Oktober, tepat saat bulan mencapai perigee, titik terdekat dengan Bumi dalam orbit elipsnya. Waktu tersebut menjadikannya supermoon , tampak hingga 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang daripada saat bulan berada di titik terjauhnya.
Bulan purnama ini adalah yang terdekat dengan ekuinoks musim gugur, yang dapat jatuh pada bulan September atau Oktober.

4. Puncak hujan meteor Draconid (8 Oktober)
Antara 6 dan 10 Oktober, Bumi akan bergerak melewati jejak puing Komet 21P/Giacobini-Zinner, menciptakan hujan meteor Draconid tahunan. Puncak aktivitas diperkirakan terjadi pada malam 8 Oktober.

Tahun ini, Draconid terjadi tepat setelah bulan purnama, yang berarti semua meteor, kecuali yang paling terang, kemungkinan besar akan tertutupi cahaya bulan.

5. Bulan dan Pleiades bertemu (10 Oktober)
Pada 10 Oktober, bulan cembung yang memudar dan gugus bintang Pleiades akan berjarak kurang dari satu derajat. Dengan iluminasi sekitar 85 persen, silau bulan akan menenggelamkan anggota gugus yang paling redup, tetapi bintang-bintang yang paling terang akan tetap bersinar.

Pleiades, juga dikenal sebagai Messier 45 (M45) atau Seven Sisters, adalah gugus bintang terbuka. Julukan "Seven Sisters" agak menyesatkan. Meskipun enam bintang dalam gugus ini biasanya terlihat dengan mata telanjang, terdapat lebih dari 1.000 bintang dalam kelompok ini.

6. Galaksi Triangulum terbit tinggi (15 Oktober)
Saksikan Galaksi Triangulum, salah satu tetangga galaksi kita, yang menjulang tinggi di langit malam pada 15 Oktober. Juga dikenal sebagai Messier 33 (M33), galaksi ini merupakan galaksi terbesar ketiga setelah Andromeda dan Bima Sakti.

Di bawah langit yang sangat gelap, Galaksi Triangulum dapat terlihat dengan mata telanjang. Namun, bentuk spiralnya yang rapi paling baik dilihat melalui teleskop atau teropong.

7. Pendekatan dekat bulan dan Venus (19 Oktober)
Bulan dan Venus akan tampak berjarak kurang dari empat derajat di langit sebelum fajar pada 19 Oktober. Keduanya akan tampak dekat dengan fajar di ufu timur.

Venus bersinar begitu terang karena awannya yang tebal memantulkan sinar matahari dengan sangat efisien, menjadikannya objek paling terang ketiga di langit setelah matahari dan bulan. Tergantung posisinya di orbit, Venus tampak sebagai "bintang fajar" sebelum matahari terbit atau "bintang senja" setelah matahari terbenam.

8. Puncak hujan meteor Orionid terjadi saat bulan baru (21 Oktober)
Puncak hujan meteor Orionid diperkirakan bertepatan dengan bulan baru pada 21 Oktober, dan minimnya cahaya bulan menciptakan kondisi pengamatan bintang yang optimal. Hujan meteor ini, yang berasal dari puing-puing komet 1P/Halley, dikenal karena bintang jatuhnya yang sangat terang dan bergerak cepat.

Meskipun meteor paling baik dilihat dengan mata telanjang, gunakan teleskop atau teropong untuk melihat objek langit yang redup dan dalam seperti galaksi yang jauh dan nebula yang bersinar di bawah langit tanpa bulan malam ini.

9. Merkurius pada elongasi timur terbesar (29 Oktober)
Karena Merkurius mengorbit sangat dekat dengan Matahari, ia sering kali terhalang oleh silau bintang. Namun, pada 29 Oktober, planet ini mencapai elongasi timur terbesarnya, atau jarak terjauhnya dari Matahari dari perspektif kita.

Hal ini menjadikan hari-hari sekitar 29 Oktober sebagai salah satu waktu terbaik untuk mengamati Merkurius. Carilah planet ini di sebelah barat pada sore hari, tepat setelah matahari terbenam.

(ras/ras)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |