AI dalam Dunia Jurnalistik: Manfaat, Tantangan, dan Batasannya

2 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan artificial intelligence (AI) kini telah merambah ke berbagai sisi kehidupan, termasuk dunia jurnalistik. AI tidak luput digunakan oleh para jurnalis untuk mendukung pekerjaan mereka.

Ilona Juwita, Co-founder PROPS, mengatakan AI chatbot memiliki banyak manfaat jika dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Salah satunya adalah membantu mengolah konten agar selalu relevan dengan kebutuhan pembaca.

“Dengan AI chatbot, kita bisa memicu konten supaya lebih up to date,” ujarnya dalam pemaparan materi untuk peserta Journalism Fellowship on CSR 2025 yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), beberapa waktu lalu..

Menurut Ilona, penggunaan AI dapat menjadi salah satu bentuk riset bagi penulis. Manusia memiliki keterbatasan dalam menentukan apa yang perlu diperbarui, sementara platform seperti Gemini atau ChatGPT dapat memberikan rekomendasi tulisan berikutnya yang lebih sesuai bagi pembaca.

Namun, hasil yang diperoleh dari AI sangat bergantung pada prompt yang digunakan. Saat ini, banyak orang masih terbiasa menggunakan prompt sederhana.

“Ada keterampilan khusus supaya kita bisa ahli membuat prompt,” jelasnya.

Ia menambahkan, prompt tidak selalu berupa pertanyaan langsung. Dalam menyusun prompt, penulis juga perlu memasukkan informasi yang akan mengarahkan AI untuk memproduksi konten sesuai kebutuhan.

“Kemudian kita berikan ruang untuk menjawab, sekaligus kita lengkapi dengan konteks,” tambahnya.

Lebih jauh, Ilona menilai platform AI mampu memberikan informasi tambahan yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan benar. “Dia bisa memberi informasi di luar ekspektasi kita,” ungkapnya.

Di sisi lain, jurnalis senior Merdi Sofansyah menegaskan bahwa ada batasan dalam penggunaan AI. Menurutnya, AI sebaiknya dipakai untuk hal-hal yang produktif dan positif, seperti transkripsi, meringkas dokumen, memberikan ide, serta menghasilkan outline tulisan.

“Tapi AI tidak boleh dipakai untuk deepfake atau fabrikasi kutipan. Untuk hal-hal hiburan boleh saja, tapi tidak untuk membuat konten berita,” tegasnya.

Karena itu, penulis dan jurnalis perlu lebih bijak dalam memanfaatkan AI. Teknologi ini sebaiknya dilihat sebagai tools yang membantu, bukan menggantikan, agar mampu menghasilkan tulisan yang lebih baik dan tetap kredibel.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |