Arafah Puncak Mencapai Kesadaran Diri

19 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi

Arafah memiliki makna dan sejarah yang cukup mendalam. Arafah disebut dengan 'arafah' karena di tempat inilah para Nabi dan kekasih Allah mencapai puncak kesadaran diri (ma’rifatun nafsi).  

"Nabi Adam berhasil mencapai puncak kesadaran setelah ribuan tahun bermunajat dan beristighfar meminta ampun kepada Allah," ujar anggota Amirul Hajj KH Ahmad Said Asori, dalam khutbah wukuf di Arafah di tenda Misi Haji Indonesia, Kamis (4/6/2025).   

Nabi Ibrahim, kata Kiai, juga mencapai puncak kesadaran dan pengetahuan tentang perintah menyembelih Ismail di tempat  ini. Bahkan Nabi Muhammad juga berhasil mencapai puncak kemakrifatan saat berwukuf di tempat ini.  "Karenanya tak berlebihan bila dikatakan puncak pencapaian  haji ada di tempat ini," ujar Kiai Said.  

Betapa pentingnya Arafah, jelas Kiai Said, hingga disebut bahwa tidak ada haji tanpa wukuf di tempat ini. "Arafah menyadarkan kita betapa lemah dan tak berdayanya manusia di hadapan kebesaran Allah Swt. Sekian banyak dosa yang kita lakukan," ujarnya. 

Arafah, jelas Kiai Said, adalah tempat terbaik untuk beristighfar dan berdoa kepada Allah. "Dosa kepada sesama, dosa kepada suami, istri, anak, orang tua, saudara, tetangga, teman, termasuk dosa pemimpin  kepada rakyatnya. Dan dosa yang sering tidak kita sadari yaitu dosa kepada alam semesta."  

Jutaan jamaah haji di dunia berkumpul untuk melaksanakan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah atau Kamis (4/6/2025).  Jamaah Indonesia yang mencapai 221 ribu orang menjadi yang terbesar. 

Hari yang Dinanti

"Hari ini adalah hari yang dinanti oleh jutaan umat Islam di dunia. Hari ini adalah hari dimana semua Jamaah haji berkumpul di padang Arafah. Semua bersimpuh,  bermunajat dan bersujud di hadapan sang pencipta, Allah SWT., untuk meraih ampunan dan ridha-Nya," kata Kiai Said. 

Di tempat ini, kata Kiai Said, umat manusia berkumpul dengan pakaian yang sama, berwarna putih sebagai lambang kesucian dan kesetaraan hamba di hadapan Tuhannya. "Pangkat tak lagi berguna. Jabatan tak lagi digdaya. Status  sosial tak lagi berfaedah. Demikian pula kira-kira nanti di hari qiyamah." 

"Semua manusia dikumpulkan di padang Mahsyar dengan penuh harap cemas, menanti hisab amal perbuatannya. Di hari itu, harta, anak, suami, istri, dan sanak saudara tak lagi  mampu menjadi sandaran."

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |