Serangan Israel menyasar mobil berisi warga Gaza yang mengungsi dari Kota Gaza menuju selatan, Selasa (17/9/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan penjualan senjata senilai 6 miliar dolar AS atau hampir setara Rp100 triliun kepada Israel. Hal itu diungkap Wall Street Journal (WSJ) dalam laporannya yang diterbitkan pada Jumat (19/9/2025).
WSJ, mengutip sejumlah sumber yang mengetahui hal tersebut mengungkapkan, pemerintahan Trump hendak menjual 30 helikopter AH-64 Apache senilai 3,8 miliar dolar AS dan 3.250 kendaraan serbu infanteri senilai 1,9 miliar dolar AS, kepada Israel. Untuk bisa mengeksekusi rencana penjualan tersebut, pemerintahan Trump membutuhkan restu Kongres AS.
Menurut WSJ, para pejabat di pemerintahan Trump telah mengajukan proposal pertama kepada Kongres sekitar 30 hari lalu. Dalam laporannya, WSJ mengungkap, Trump sebenarnya frustrasi atas keputusan Israel melancarkan serangan ke Doha, Qatar, pada 9 September 2025 lalu. Namun hal itu tak menghentikan niat Trump untuk menjual persenjataan kepada Tel Aviv.
WSJ mengungkapkan, jika nantinya Kongres AS menyetujui rencana penjualan persenjataan ke Israel, hal itu tak bisa seketika dilakukan. Menurut WSJ, dibutuhkan dua hingga tiga tahun untuk melaksanakan penjualan tersebut.
"Senjata-senjata itu akan dibiayai oleh pembiayaan militer asing yang disediakan AS, menurut dokumen tersebut. Israel membeli sebagian besar senjata buatan Amerika menggunakan uang pembayar pajak AS yang berasal dari miliaran dolar bantuan militer tahunan," kata WSJ.
Pemerintah AS, pada Kamis (18/9/2025), kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang menyerukan gencatan senjata segera dam permanen di Jalur Gaza, termasuk pembebasan para sandera yang masih ditawan Hamas. Dari 15 negara anggota DK PBB, hanya AS yang menolak rancangan resolusi tersebut.
Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, AS telah berulang kali memveto rancangan resolusi gencatan senjata di Gaza. Hal itu turut berperan atas terus memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza.
Lebih dari 65 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel melancarkan agresinya ke Gaza pada Oktober 2023. Sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak. Saat ini Gaza juga tengah menghadapi bencana kelaparan.