Bahaya! Jangan Campur Alkohol dengan Obat-obatan Ini

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Menikmati segelas alkohol saat Natal atau Tahun Baru kerap dianggap sebagai bagian dari perayaan. Namun, kebiasaan mengonsumsi alkohol bisa berbahaya jika dilakukan bersamaan dengan obat-obatan tertentu.

Mengutip dari Independent, mencampur alkohol dengan obat dapat memengaruhi cara kerja obat di dalam tubuh. Dalam kondisi tertentu, kombinasi ini bahkan berisiko menyebabkan overdosis yang mengancam jiwa.

Setelah dikonsumsi, obat akan diproses di hati sebelum masuk ke aliran darah. Alkohol juga diurai di organ yang sama sehingga dapat mengganggu proses metabolisme obat.

Pada beberapa obat, alkohol membuat zat aktifnya di metabolisme lebih cepat sehingga efek obat menjadi tidak optimal. Sebaliknya, ada obat yang justru dimetabolisme lebih lambat sehingga kadarnya meningkat dan berisiko menyebabkan overdosis.

Risiko interaksi antara alkohol dan obat berbeda pada setiap orang. Faktor seperti jenis obat, dosis, jumlah alkohol, usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, dan fungsi hati sangat memengaruhi dampaknya.

Perempuan, lansia, serta orang dengan gangguan fungsi hati diketahui lebih rentan mengalami interaksi obat dengan alkohol. Karena itu, kelompok ini disarankan lebih berhati-hati saat mengonsumsi minuman beralkohol.

Obat-obatan yang Tidak Boleh Dicampur Alkohol

Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan alkohol, baik obat resep dokter maupun obat bebas dan herbal. Salah satu dampak paling berbahaya adalah penekanan sistem saraf pusat.

1. Obat + Alkohol = Kantuk Berat hingga Kematian

Mengonsumsi alkohol bersamaan dengan obat yang menekan sistem saraf pusat dapat menimbulkan efek berlipat. Kombinasi ini dapat menyebabkan kantuk ekstrem, napas melambat, detak jantung menurun, koma, hingga kematian.

Obat-obatan yang perlu diwaspadai antara lain obat depresi, kecemasan, skizofrenia, pereda nyeri selain parasetamol, obat tidur, obat alergi, serta obat flu dan batuk. Konsumsi alkohol sebaiknya dihindari atau dibatasi seminimal mungkin saat menggunakan obat-obatan ini.

2. Obat + Alkohol = Efek Obat Jadi Lebih Kuat

Alkohol juga dapat meningkatkan efek beberapa jenis obat. Salah satu contohnya adalah obat tidur zolpidem yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan alkohol.

Kombinasi ini dapat memicu efek samping serius seperti perilaku aneh saat tidur. Risiko seperti berjalan, makan, atau bahkan mengemudi dalam kondisi tertidur menjadi lebih besar jika disertai konsumsi alkohol.

3. Obat + Bir Rumahan = Tekanan Darah Berbahaya

Beberapa obat hanya berinteraksi dengan jenis alkohol tertentu. Obat antidepresan seperti phenelzine, tranylcypromine, dan moclobemide, serta antibiotik linezolid termasuk dalam kelompok ini.

Obat-obatan tersebut dapat bereaksi dengan bir artisan, bir rumahan, atau minuman beralkohol yang mengandung tyramine tinggi. Akibatnya, tekanan darah dapat melonjak ke level berbahaya.

4. Efek Tetap Muncul Meski Sudah Berhenti Minum Alkohol

Ada obat yang memengaruhi cara tubuh memecah alkohol. Jika dikonsumsi bersamaan, pasien bisa mengalami mual, muntah, wajah memerah, sesak napas, pusing, hingga tekanan darah turun drastis.

Efek ini bahkan dapat muncul setelah pengobatan dihentikan, seperti pada penggunaan metronidazole. Pasien dianjurkan menghindari alkohol selama pengobatan dan setidaknya 24 jam setelah obat dihentikan.

Alkohol dan Obat Kulit Berisiko Cacat Lahir

Contoh lain adalah acitretin yang digunakan untuk mengatasi psoriasis berat dan pencegahan kanker kulit. Alkohol dapat meningkatkan pembentukan zat etretinate di dalam tubuh saat obat ini digunakan.

Zat tersebut diketahui dapat menyebabkan cacat lahir. Oleh karena itu, perempuan usia subur dianjurkan menghindari alkohol selama pengobatan dan hingga dua bulan setelah terapi selesai.

Salah satu mitos yang umum adalah larangan minum alkohol saat menggunakan pil kontrasepsi. Faktanya, alkohol tidak secara langsung menurunkan efektivitas pil KB.

Namun, konsumsi alkohol berlebihan dapat membuat pengguna lupa minum pil tepat waktu atau memicu muntah. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kehamilan yang tidak direncanakan.

Alkohol dan Antibiotik

Mitos lain yang beredar adalah alkohol tidak boleh dicampur dengan semua antibiotik. Larangan ini sebenarnya hanya berlaku untuk antibiotik tertentu seperti metronidazole dan linezolid.

Meski sebagian besar antibiotik relatif aman dikombinasikan dengan alkohol, dokter tetap menyarankan untuk menghindarinya. Alkohol dapat memperparah efek samping seperti mual, pusing, dan kantuk serta memperlambat proses pemulihan tubuh.

(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |