Bahlil Teken 3 MoU dengan Singapura, termasuk Ekspor Listrik 

18 hours ago 1

Jumat 13 Jun 2025 12:55 WIB

Tonggak penting bagi kerja sama lintas batas demi masa depan rendah karbon.

Pemerintah Indonesia dan Singapura menandatangani tiga nota kesepahaman (MoU) strategis untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang energi dan keberlanjutan. (ilustrasi)

Foto: WALLACE WOON/EPA-EFE

Pemerintah Indonesia dan Singapura menandatangani tiga nota kesepahaman (MoU) strategis untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang energi dan keberlanjutan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Singapura menandatangani tiga nota kesepahaman (MoU) strategis untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang energi dan keberlanjutan. Ketiga MoU tersebut meliputi perdagangan listrik lintas batas, penangkapan dan penyimpanan karbon, serta pengembangan kawasan industri berkelanjutan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/6/2025).

Bahlil dan Tan See Leng sepakat menandatangani nota kesepahaman terkait zona industri berkelanjutan; interkoneksi dan perdagangan listrik lintas batas, teknologi energi terbarukan dan rendah karbon, serta efisiensi dan konservasi energi; serta penangkapan dan penyimpanan karbon lintas batas

"Saya yakin hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dalam proses panjang untuk menunjukkan komitmen antara pemerintah Singapura dan Indonesia," ujar Bahlil. 

Bahlil mengatakan Indonesia dan Singapura bersepakat melakukan kerja sama pada energi hijau, khususnya pada tiga poin yaitu perdagangan listrik, carbon capture and storage (CCS), dan membangun kawasan industri hijau bersama di Kepulauan Riau (Kepri). Sebagai negara tetangga, Bahlil menilai sudah seyogyanya Indonesia dan Singapura harus saling bergotong royong dan melakukan kerja sama yang saling menguntungkan. 

"Hubungan kerja sama ini harus kita lakukan, tapi win-win, kita kirim listrik ke saudara kita di Singapura, nanti pemerintah Singapura bersama-sama dengan Indonesia membangun kawasan industri bersama," ucap Bahlil. 

Bahlil menyebut kolaborasi tersebut juga bertujuan meningkatkan akselerasi hilirisasi di Indonesia. Bahlil menyampaikan Indonesia juga harus terus terbuka dalam menerima program dan kerja sama terkait CCS.

Bahlil menilai produk industri tidak akan memiliki nilai kompetitif jika tidak menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Bahlil mengatakan Indonesia terus berusaha untuk mengoptimalkan potensi EBT maupun industri hijau. 

"Kita mempunyai kapasitas untuk CCS salah satu terbesar di dunia bahkan terbesar untuk di Asia Pasifik karena kita mempunyai sumur-sumur minyak dan sumur-sumur gas," kata Bahlil. 

Menteri Energi dan Sains & Teknologi Singapura, Tan See Leng, menyatakan kesepakatan ini mencerminkan tekad kedua negara untuk “mendorong inisiatif rendah karbon dan berfokus pada keberlanjutan yang berdampak.” MoU ditandatangani oleh Tan See Leng dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Bahlil Lahadalia. Kerja sama ini diharapkan menjadi langkah besar dalam mempercepat transisi energi bersih, mendukung dekarbonisasi industri, serta menarik investasi hijau di kawasan.

“Ini menandai tonggak penting dalam kemitraan berkelanjutan kami dengan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo,” ujar Tan dalam seremoni penandatanganan di Jakarta, seperti dalam siaran pers.

Berita Lainnya

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |