Bangun Rantai Pasok Baterai EV, Langkah Awal Antam Jadi Pemain Global

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Prabowo Subianto secara simbolis meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi hulu-hilir di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC), Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

Proyek itu sendiri merupakan proyek kerja sama antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend.

Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menilai proyek ekosistem baterai kendaraan listrik tersebut menjadi salah satu implementasi program industrialisasi sektor energi terbarukan Indonesia.

Anggota Komisi XII DPR RI Ramson Siagian menilai Antam menjadi perusahaan perintis proyek hilirisasi nikel yang dimanfaatkan sebagai material baterai.

Melalui proyek yang baru diresmikan awal pembangunannya tersebut, dia menilai Antam bisa mendorong Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok baterai global.

Pihaknya pun akan terus mendukung peran BUMN sektor tambang dalam mendorong nilai tambah di dalam negeri.

"Groundbreaking yang kita saksikan hari ini menandai bahwa proyek ini sudah resmi dimulai dan masuk tahap implementasi nyata," kata Ramson di sela acara peresmian, di Karawang, Jawa Barat, dikutip Senin (30/6/2025).

Dia mengatakan, proyek tersebut sejatinya telah diinisiasi sejak empat tahun lalu, namun realisasinya baru terlaksana pada era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Ramson optimistis percepatan proyek akan berjalan lebih mulus, terutama karena skema pendanaan juga telah didukung penuh oleh Danantara. Dengan sistem yang terkonsolidasi dan basis aset yang kuat, Danantara dinilai mampu menjadi katalis pembiayaan industri baterai nasional.

"Struktur konsorsium ini bukan hanya mengandalkan CBL, tapi merupakan sinergi antara Antam, IBC, dan mitra strategis lainnya. Antam sebagai bagian dari MIND ID, dan IBC sebagai entitas gabungan, memungkinkan kolaborasi yang lebih kuat dan saling melengkapi," tambahnya.

Di lain sisi, Direktur Utama Antam Achmad Ardianto mengungkapkan bahwa proyek ekosistem baterai dengan investasi mencapai US$ 5,9 miliar atau setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$) tersebut bisa memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.

"Kami ingin memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tapi juga pemain utama dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik. Kami bangun proyek ini dari hulu ke hilir dengan prinsip keberlanjutan, efisiensi energi, dan nilai tambah di dalam negeri," ungkap Ardianto.

Dia menilai, dukungan dari DPR RI menjadi sinyal penting bagi dunia usaha dan investor bahwa program hilirisasi nasional mendapat legitimasi politik yang kuat.

Antam sendiri, lanjut Ardianto, berkomitmen menjadikan proyek baterai tersebut sebagai model industri masa depan yang berbasis rendah karbon dan berdampak luas secara sosial ekonomi.

Proyek Ekosistem Baterai Antam-IBC-CBL

Proyek baterai terintegrasi tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.

Hulu:

JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.

JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.

JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

Hilir:

JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.

JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Perdana! Prabowo Bakal Groundbreaking Proyek Baterai CATL di Juni 2025

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |